Logika Sungsang Kelompok Sebelah
Oleh : Rahmat Taufik Tambusai
Pada saat kalian mengatakan kami bukan pengikut Imam syafii dengan nada melecehkan, maka pada saat itu juga kami bertanya di dalam hati, apakah kalian sudah mengikuti Imam Ahmad bin Hanbal secara utuh?
Sebenarnya ulama kami bisa saja bertanya balik seperti yang terbesit dalam benak kami, tetapi ulama kami manusia yang bijaksana tetap menjelaskan dengan sopan secara ilmiah, bahwa methode ijtihad pengikut Imam Syafii tidak bertentangan dengan yang diajarkan oleh Imam Syafii, agar kalian insaf dari sifat suka menuduh tanpa kajian mendalam.
Sebagai contoh, kalian selalu mengatakan bahwa Imam Syafii tidak pernah melakukan maulid Nabi, dan kenapa pengikut Imam Syafii mengadakan maulid nabi, berarti mereka bukan pengikut Imam Syafii sejatinya karena telah berbuat bid'ah.
Kalian lupa, bukankah Imam Syafii telah menetapkan satu kaidah dalam hal perkara yang baru belum ada pada zaman nabi, yang dibagi menjadi dua, jika tidak bertentangan dengan Al Quran dan Sunnah maka disebut dengan bid'ah mamdudah ( terpuji ).
Hasil kajian ulama Syafi'iyah berkaitan mualid Nabi, bahwa maulid Nabi tidak bertentangan dengan Al Quran dan Sunnah, bararti masih termasuk ke dalam methode ijtihad Imam Syafii, maka tidak bisa dikatakan kami tidak mengikuti Imam Syafii karena masih masuk ke dalam koridor mazhab Syafii.
Tetapi setelah dijelaskan oleh ulama kami secara ilmiah, kalian tetap tidak menghiraukannya dan berkoar - koar bahwa kami tetap bukan pengikut Imam Syafii.
Maka secara otomatis sifat pembelaan diri akan muncul dalam diri kami, kalau tidak dikonter maka kalian akan merajalela seolah - olah apa yang diajarkan guru kalian merupakan kebenaran muthlak.
Sehingga pertanyaan balik diarahkan kepada kalian, agar akal kalian terbuka, apakah kalian telah mengikuti Imam Ahmad bin Hambal secara utuh ?
Dan tidak sampai disitu saja, agar kalian paham, kemudian ulama kami membongkar satu persatu bahwa kalian sangat jauh dari mazhab Imam Ahmad bin Hanbal.
Sebagai contoh, Kalian mengatakan bahwa takwil dan membaca Al Quran disisi kuburan merupakan bid'ah, sedangkan Imam Ahmad bin Hanbal sendiri melakukan takwil dan membolehkan membaca Al Quran di sisi kuburan.
Maka secara otomatis, kalian telah menetapkan Imam Ahmad bin Hanbal pelaku bid'ah, sedangkan ulama kami, sampai hari ini tidak pernah mengatakan Imam Syafii sebagai pelaku bid'ah, walaupun ada beda hasil ijtihad antara Imam Syafii dengan pengikutnya.
Jangan sampai terjadi ibarat pepatah, gajah di pelupuk mata tidak kelihatan tetapi tungau di seberang lautan kelihatan.
Atau opini tersebut kalian ciptakan untuk mengelabui masyarakat awam, untuk menarik simpati orang awam, agar lebih percaya kepada kalian.
Dengan dibongkarnya satu persatu kekeliruan manhaj kalian, sehingga membuat kalian merasa dibulli, kemudian sakit hati, tidakkah kalian sadar bahwa ucapan dan statemen yang kalian lontarkan lebih menyakitkan bagi kami.
Coba bayangkan, semenjak kalian muncul di nusantara ini, kalian tuduh kami penyembah kubur, seawam apapun pengikut Ahlus Sunnah Wal Jamaah tau kalau berziarah ke kuburan untuk mendoakan orang mati, bukan untuk meminta pertolongan.
Dan ulama kami tetap sabar dengan menjelaskan duduk persoalannya, tetapi semakin hari kalian semakin membabi buta, maka sudah waktunya ulama kami memaparkan satu persatu kekeliruan manhaj kalian, tetapi membuat kalian sakit hati, bukankah kalian pertama memulai ?
ketika kalian mengatakan kami tidak mengikuti pemahaman salafus sholeh, pada saat bersamaan kami mempertanyakan apakah kalian betul betul mengikuti pemahaman salafus sholeh ?
Salafus sholeh yang mana kalian ikuti, dari sederetan ulama yang kalian jadikan sebagai refrensi, tidak ada satu pun dari ulama tersebut yang hidup ditiga abad pertama, mulai dari Ibnu Taimiyah, Ibnu Qoiyim, Muhammad bin Abdul Wahhab, Bin Baz, Usaimin, Sholih Fauzan dll.
Sedangkan yang dikatakan salafus sholeh, mereka yang hidup ditiga abad pertama, dan yang dikatakan mengikuti pemahaman salafus sholeh, mereka yang sanad keilmuannya sampai kepada ulama yang hidup di tiga abad pertama.
Apa mungkin orang yang tidak hidup tiga abad pertama mampu menguasai pemahaman orang yang hidup di tiga abad pertama, sedangkan yang langsung bertatap muka saja belum tentu mampu karena keterbatasan kemampuan, apa lagi yang sudah jauh dari zaman tiga abad pertama.
Maka kami tidak percaya dengan ulasan guru kalian, yang mengaku punya pemahaman salafus sholeh, sementara sanad keilmuannya tidak sampai kepada ulama yang hidup di tiga abad pertama.
Kalau ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaah sudah jelas sanad keilmuannya sampai kepada ulama yang hidup di tiga abad pertama.
Sebagai contoh pengikut Mazhab Syafii keilmuan mereka mutawatir dari satu generasi ke generasi sampai ke Imam Syafii dan tidak ada yang meragukannya.
Ketika kami pertanyakan keaslian pemahaman salafus sholeh yang kalian gadang - gadangkan, kemudian kalian tak mampu membuktikan jalur sanad keilmuan guru kalian, membuat kalian sakit hati, selanjutnya sumpah serapah menghiasai bibir kalian, kalian sebut ulama kami dengan gelar yang tak pantas disebut seorang muslim, sebagai contoh Al kazzab, UAS ( Ustad Ahli Syubhat ), kuburiyin, penentang sunnah dll.
Ulama salafus sholeh tidak pernah mengajarkan istilah istilah diatas, bagaimana kalian bisa mengaku pengikut salafus sholeh dan mencatut nama mereka.
Ketika kalian mengkritik Imam Syafii, maka pada saat bersamaan, muncul dalam benak kami apa hebatnya ulama yang kalian ikuti ?
Adakah diantara guru kalian, jika mendengar dan membaca sesuatu langsung hafal, jika tidak ada jangan pernah bandingkan dengan Imam Syafii.
Orang yang berakal sehat pasti belajar kepada yang terbaik diantara yang terbaik, bukan kepada ulama yang kontroversi sepanjang masa.
Dalu - dalu, 14 November 2021
Yuk umroh 2022 yang minat daftar ke kami.
Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa
14 November 2021 pada 10.45 ·