Ada Orang Ditakdir Melarat, Buta, Punya Penyakit Parah. Lalu Dimana Nikmatnya?

Ada Orang Ditakdir Melarat, Buta, Punya Penyakit Parah. Lalu Dimana Nikmatnya?

**GUS BAHA': ADA ORANG DITAKDIR MELARAT, BUTA, PUNYA PENYAKIT PARAH. LALU DI MANA NIKMATNYA?**

**(AYAT PALING MENGERIKAN)**

Memang pertanyaan orang2 duniawi orang2 bernafsu selalu seperti itu. Ini pentingnya ulama. Itulah mengapa saya senang membaca Hikam. 

Jadi begini: hakekat nikmat di dunia itu hanya ada dua. Bagi ulama2 hakekat, itu yang disebut (1) ni'mat ijad, dan (2) ni'mat imdad.

نِعْمَتاَنِ ماَ خَرَجَ موْجُودٌ عَنْهاَ ولاَ بُدَّ لِكُلِّ مُكـَوِّنٍ مِنْهُما نِعْمةُ الاِيْجادِ وَنِعْمة ُالاِمْداَدِ

Misalnya saya itu al-adam, saya itu tidak pernah ada. Karena tidak pernah ada, maka tidak pernah bersaksi akan kekuasaan Allah. Allah itu dzat yang indah, penuh kekuasaan, penuh kebaikan. Jika ada makhluk yang didesain tidak pernah wujud, berarti dia tidak pernah menyaksikan kekuasaan Allah. Berarti yang pernah wujud, apapun keadaannya, dia pernah menyaksikan kekuasaan Allah.

Nah, perkara ada orang merasa gagal, itu berulang kali saya sampaikan, itu karena dia telanjur membuat sendiri kriteria wujud sesuai nafsunya sendiri. Baginya wujud itu punya istri cantik, uang banyak, punya pangkat, macam-macam. Kalau kau mengukur nikmat wujudmu menunggu bisa wujud kriteriamu itu, ya kau wujudlah sendiri, dijalani sendiri, dinikmati sendiri, Allah jangan kau bawa-bawa. Ngendikane Allah SWT:

مَنْ لَمْ يَرْضَ بِقَضَائِيْ 

فَلْيَطْلُبْ رَبًّا سِوَائِيْ

Orang yang tidak ridla qadla qadar-Ku, carilah tuhan selain Aku.

فَلْيَخْرُجْ مِنْ تحت الْأَرْضِ وَالسَّمَاءِ

Keluarlah dari bumi-Ku dan dari langit.

Oleh karena itu, ilmu tasawwuf ilmu paling penting hingga Imam Syafii dhawuh .. .... ....

Contoh gampang begini. Kau buta, berpenyakitan, hidup di jalanan kehujanan. Ada orang yang mengajakmu mampir ke rumahnya, itu kau sudah berterima kasih, diberi tumpangan meski hanya satu jam.  

Kau di dunia juga begitu. Kau lahir di bumi Allah, yang kau makan rezeki Allah. Apapun keadaanmu kau meminjam bumi Allah, langitnya Allah. Gara2 sebagian hidupmu tidak sesuai nafsumu, lalu kau sekarang protes, merasa di dunia tidak mendapat nikmat. Itu sama dengan kau kehujanan di jalan lalu diberi tumpangan mobil, lalu masih menuntut: apa kok cuma diberi tumpangan, aku nggak diberi makan. Apa cuma dikasih mampir, tidak diberi kamar untuk tinggal.

Selama kau menuruti nafsumu, tidak akan pernah dirimu berterima kasih. Orang yang menuruti nafsu itu pasti buta tuli, tidak akan mengakui fungsi nikmatnya wujud.

Kau dikasih mampir di alam wujud, dipinjami bumi Allah dan langit Allah, kau disuruh menyaksikan kekuasaan Allah. Jika demikian, ya nikmat: tidak ikut memiliki bumi langit, tapi ikut menyaksikan kekuasaan Allah. Itu nikmat ijad dan imdad.

Tapi kalau ada orang kok menuruti nafsu, pasti tidak mukmin. Itu yang paling mengerikan. Karena itu kata Imam Ghazali, ayat paling mengerikan dalam masalah musyrik, itu bukan menyembah berhala, tapi ayat:

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ

orang yang menuhankan hawa nafsu.

Iya kan. Kau jika dikasih berteduh di rumah orang 10 menit, jika kau tidak menuruti nafsu, pastinya kau berterima kasih. Tapi kalau kau menuruti nafsu: apaan dikasih berteduh doang, tidak dikasih makan, bajuku basah kuyup tidak diberi baju ganti. Semakin lama makin tiada habisnya. Paham ya. Saya yakin ainul yaqin: kyai, orang awam, ulama, pedagang, yang mengeluh pasti kasusnya punya versi nafsu. 

Kalau bisa, kau di dunia itu hanya nazhara, menonton kekuasaane Allah. Ada orang melarat selimutan di stasiun kok ya bisa pacaran dan senang hatinya. Sama dengan yang selingkuh di hotel. Yang membikin orang tidak bahagia itu pasti sedang menuhankan hawa nafsu. Itu yang paling saya khawatir. Kata Imam Ghazali: yang saya paling takutkan di dunia adalah jangan2 kita ini betul2 musyrik, jangan2 kita ini tidak menyembah Allah SWT,

أَفَرَءَيْتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ

jangan2 kita yang kau tuhankan bukan Allah tapi hawa nafsumu.

Ya memang mungkin beneran. Kita menghitung nikmat itu pasti versinya hawa nafsu. Misal kau hafal Quran, bagaimana kau membayangkan yang ideal? Bacaan lancar, semaan laris. Pasti gitu.

Padahal bisa saja menurut Allah nikmat tertinggi hafal Quran itu bukan perkara bacaan lancar dan semaan laris, tapi ternyata ada ayat satu yang kau jalani dan menjadikan dirimu sesak. Jika kau belum sesak dada pada satu ayat, kau agak nggak mukmin, wong ciri utama Quran itu jika dibaca:

إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ

Ada ulama yang seumur hidupnya tidak pernah khatam Quran. Tiap membuka Quran, bergetar, hingga mati tidak khatam.

Kanjeng Nabi kalau membaca Al-Quran, tujuh ayat sudah tidak dilanjutkan, itu diulang-ulang, karena panik betul, itu yang disebut:

ٱللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ ٱلْحَدِيثِ كِتَٰبًا مُّتَشَٰبِهًا مَّثَانِىَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ ٱلَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ

Ciri Quran itu jika dibaca membuat merinding, takut.

Tapi tahu2 ada satu alamat di zaman akhir, ciri utamanya yang lancar, yang cepat. Ya misal itu hukum adat, kitalah senang jika ada orang lancar baca Quran. Tapi awal2nya Quran turun itu cirinya:

تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ ٱلَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ 

ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ

Jadi jangan2 kita sedang menyembah hawa nafsu? Oleh karena itu oleh orang tasawwuf menyembah hawa nafsu itu disebut syirik khafi.

Yang paling gampang itu kau dolan ke teman. Bertemu teman senang. Disuguhi teh dan jajan senang. Karena tidak dalam keadaan tanggung jawab. Coba kau jadi tuan rumah: gelasnya piring berserakan, kau kecewa. Ada kotor sedikit di meja kau kecewa. Kamar mandi mampet kau kecewa. Tapi jika kau yang dolan, rasanya senang.

Ini penting saya sampaikan. Jika kau di dunia bisa seperti orang dolan tadi, tidak harus tanggung jawab tidak punya hawa nafsu, wong dunia ini milik-Mu Gusti, saya hanya diminta untuk menyaksikan bahwa Engkau kuasa, nah itu kelak kau ahli surga tanpa hisab. Itu yang disebut:

يَتَنَزَّلُ ٱلْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ ٱللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَىْءٍ عِلْمًۢا

Dunia ini Kucipta hanya supaya kamu tahu bahwa Aku itu kuasa, (bukan ikut2an mengatur Aku.). 

Begitu lho.

Tapi keinginan manusia, dia ikut mengatur dunia yang dicipta Allah. Kau punya anak 5, pengen alim semua jika kau kyai. Jika kau penjabat, kau ingin lima anakmu jadi pejabat semua. Anaknya sendiri juga ingin punya istri cantik, dapat jabatan, dapat selingkuhan juga. Pokoknya keinginannya macam3.

Itu yang disebut:

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ

Tuhanmu itu Aku ataukah hawa nafsumu?

Karena itu kau jadi kyai juga jangan bangga. Mengajar bangga: bermanfaat, yang mengaji banyak. Kata Allah, yang mengaji pun jadi kyai. Jangan2 syukurmulah hanya gara2 posisimu mengajar, bisa berlagak, bisa syukur?

Sekarang jika kau ditakdir punya kebaikan tapi posisimu sebagai yang mengaji. Jangan2 kau gengsi tidak ridla?

Karena itu kata Imam Ghazali: Orang shadaqah 1 juta, lalu dia bangga karena bersedekah. Itu tidak akan diterima Allah, karena kebaikan bersedekah itu masih gampang, masih gagah, menyisihkan sebagian harta masih gampang. Di pihak    ....sebaliknya..

orang yang menerima sedekah itu adalah orang yang ditakdir melarat, itu tidak gampang: menerima takdir  melarat, posisi menerima sedekah, menerima itu posisi hina. Tapi jika dia Ridho daripada yang penyumbang, ganjarannya lebih daripada yang memberinya sedekah.

***

Gus Baha' Ngaos Hikam 

Pondok Izzati Nuril Quran, Bantul, Yogyakarta

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِمْ وَبَرِك عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞ الفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ ۞ وَالخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ والنَّاصِرِ الحَقِّ بِالحَقِّ ۞ وَالهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ المُسْتَقِيمِ ۞ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيمِ ۩

Sumber FB : Barokahnya Gus Baha bersama Syarif Aljufri dan 2 lainnya.

29 November 2021· 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Ada Orang Ditakdir Melarat, Buta, Punya Penyakit Parah. Lalu Dimana Nikmatnya? - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®