Oleh : Rahmat Taufik Tambusai
Kelompok sebelah mulai berani mengiring opini bahwa Tuanku Tambusai seorang pengikut Wahabi, dengan tujuan tak lain tak bukan sebagai alat pembenaran bahwa ajaran mereka sudah lama bercokol di nusantara.
Ini merupakan salah satu cara busuk mereka untuk mengambil simpati orang awam, untuk meyakinkan bahwa mereka aliran yang diakui di nusantara.
Seandainya paham wahabi diakui di nusantara, maka tunjukkan tokoh yang benar - benar membawa paham wahabi, jangan hanya klaim tanpa malu.
Melalui tulisan singkat ini, akan dipaparkan fakta sejarah bahwa Tuanku Tambusai bukan Wahabi.
1. Tuanku Tambusai memakai serban yang dililitkan di kepala, yang merupakan salah satu ciri khas ulama ahlus sunnah wal jamaah, sedangkan wahabi tidak memakai serban yang dililitkan di kepala.
2. Tuanku Tambusai melawan penjajah belanda yang kafir, sedangkan wahabi melawan Turki Usmani yang islam untuk memisahkan diri dari pemerintahan yang sah, maka sangat jauh berbeda misi dan visi perjuangannya.
3. Tuanku Tambusai tidak pernah bekerja sama dengan penjajah belanda, jangankan bekerja sama berunding pun beliau tidak mau, sangat jauh berbeda dengan wahabi mereka bekerja sama dengan inggris untuk memisahkan diri dari kesultanan Turky Usmani yang sah.
4. Dalam sejarah hidup Tuanku Tambusai baik yang tertulis mau pun yang dituturkan dari mulut ke mulut tidak pernah disebutkan bahwa beliau menyalahkan amalan umat islam pada masanya, sedangkan wahabi dari awal muncul sampai sekarang kerja mereka menyalahkan dan membidahkan amalan umat islam.
Sejarah kehebatan Tuanku Tambusai sangat kental di masyarakat Tambusai, jika ada kejelekannya pasti dituturkan turun temurun, tetapi nyatanya tidak ada sampai hari ini termasuk tertuduh sebagai wahabi.
5. Anak keturunan Tuanku Tambusai dan pengikutnya di malaysia tidak ada sedikit pun mencirikan wahabi, seandainya Tuanku Tambusai seorang wahabi tulen pastilah akan diteruskan oleh keturunan dan pengikutnya seperti anak keturunan pendiri wahabi.
6. Cap wahabi disematkan pertama kali oleh Belanda kepada pasukan padri, dengan tujuan untuk mengambil simpati masyarakat adat dan membantu belanda untuk menumpas gerakan perlawanan pasukan padri serta sebagai alat adu domba sesama muslim.
Karena stigma aliran wahabi sudah jelek di mata umat islam dunia pada masa itu, karena diawal muncul dan berkuasanya banyak umat islam yang dibunuh disebabkan tidak mau mengikuti paham mereka.
Di sinilah letak cerdiknya belanda, diambil nya sebagai sarana untuk memojokkan perjuangan padri, bahwa para pejuang padri adalah pengikut wahabi, tujuannya agar umat islam menjauhinya.
7. Di Negeri asal Tuanku Tambusai dalu - dalu tidak ada sedikit pun bekas ajaran wahabi yang berlaku sampai sekarang dan tidak ada ditemui penerus ajarannya.
Dan tidak pernah didengar cerita dari mulut ke mulut di tengah masyarakat bahwa Tuanku Tambusai dituduh sebagai pengikut wahabi tulen.
Karena tidak mungkin pakar sejarah luput mencatat kekurangan - kekurangan Tuanku Tambusai, karena Tuanku Tambusai merupakan figur sentral perjuangan di tiga wilayah; Riau, Sumatra Utara dan Sumatra Barat.
8. Tuanku Tambusai di kampung halamannya diberi gelar Faqih ( Ahli Fiqih ) oleh kerajaan dan masyarakat adat, seandainya beliau wahabi maka tidak akan mungkin diberi gelar Faqih, karena kerajaan Tambusai pada masa itu dibawah kesultanan Turky Usmani, dan mustahil informasi tentang gerakan wahabi yang ingin memisahkan diri dari Turky usmani tidak sampai kepada pihak kerajaan Tambusai dan dunia islam.
9. Tuanku Tambusai mempunyai beberapa karomah diluar hukum akal, sementara paham wahabi cendrung tidak mengakui adanya karomah para wali. Maka ini sebagai bukti bahwa Tuanku Tambusai bukan seorang wahabi, karena sangat jauh dari konsep yang dibawa oleh wahabi.
10. Ulama - ulama Tambusai yang meneruskan jejak Tuanku Tambusai menuntut ilmu ke tanah suci mekah tidak ada satu pun yang terpapar paham wahabi, seandainya Tuanku Tambusai beraliran wahabi pastilah ada satu atau dua orang yang menjadi penerusnya, karena beliau panutan umat dan panglima perang yang disegani dan ditakuti oleh kawan dan lawan, sehingga beliau digelar oleh belanda Tijger Van Rokan Harimau dari Rokan.
Diantara ulama Tambusai yang menuntut ilmu ke tanah suci mekah dan wafat disana : Syekh Abu Bakar Tambusai, Usman Tambusai, Muhammad Said Tambusai, Muhammad Syarif Tambusai dan Syekh Abdullah bin Hamzah bin Abu Bakar Tambusai.
Sedangkan yang pulang ke tanah air dan menjadi ulama besar di bidang thariqat, yang digelar dengan Tuan guru Asia tenggara yaitu Syekh Abdul wahab Rokan bin abdul Manaf bin Yasin bin Abdullah Tambusai.
Umat islam yang cerdas tidak akan mudah dikelabui, tetapi yang kita khawatirkan adalah umat islam yang awam, dengan keawamannya mudah menerima informasi sepihak, ditambah pemberi informasi dengan penampilan yang meyakinkan, untuk lebih meyakinkan mereka doktrin dengan bumbu utama, bahwa kajian kita ini kajian sunnah, sedangkan yang lain bid'ah.
Dan Perlu diingat, jangankan setingkat ulama nusantara, ulama panutan jutaan umat islam dunia saja berani mereka klaim mengikuti manhaj mereka, apalagi hanya sifatnya lokal dan kampung.
Sampai hari kiamat, mereka akan tetap berusaha untuk mencari pembenaran akan paham mereka, dengan mengiring ulama ahlussunnah wal jamaah seolah - olah sepaham dengan mereka.
Karena semenjak muncul gerakan wahabi, tidak ada ulama ahlussunnah wal jamaah yang mengakui mereka bagian ahlussunnah wal jamaah sampai muktamar ulama ahlus sunnah wal jamaah di Rusia 2016.
Terakhir, Pesan buat anak jati Tambusai, Pelajarilah sejarah nenek moyang kita dengan baik, sebelum dimanipulasi oleh tangan - tangan yang tidak bertanggung jawab.
Negeri Tambusai dahulu negeri ulama dan pejuang, maka menjadi tugas kita kembali untuk melahirkan ulama dan pejuang, bukan pecundang, penghianat dan penjilat dengan manipulasi data sejarah.
Tulisan ini ditulis di tanah tumpah darah Tuanku Tambusai.
Dalu - dalu, Sabtu 23 Oktober 2021
Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa
23 Oktober 2021 pada 09.36 ·