SIKAP KEPADA SANG GURU
Luthfi Bashori
Termasuk salah satu kewajiban umat Islam, adalah belajar ilmu agama secara baik dan benar, agar tercipta pada dirinya jiwa nan shaleh dan religius.
Untuk memilih ilmu yang akan didalami agar tidak salah, maka perlu juga mencari guru yang sesuai kriteria ajaran Syariat Islam, yaitu guru yang mengajarkan dan mengamalkan isi Alquran, Hadits Nabawi, serta pendapat-pendapat para ulama Salaf Aswaja.
Para ulama Salaf Aswaja yang dimaksud di sini adalah para ulama yang hidup di era awwal-awwal berkembangnya Islam di dunia, sebagaimana sabda Rasulullah SAW
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (HR. Bukhari, no. 3651, dan Muslim, no. 2533).
Jika sudah menemukan guru yang lebih mengedepankan dalil-dalil syariat untuk berpijak dalam mengamalkan kehidupan setiap hari, maupun dalam mentransfer ilmu kepada para murid, bukan dari figur-figur pembicara yang lebih mengedepankan akal pikiran dan hawa nasfu dalam memperebutkan urusan duniawi semata, maka perlulah menyimak pesan Rasulullah SAW berikut ini:
“Rasulullah SAW bersabda: “Belajarlah kalian ilmu agama, dan belajarlah sakinah (tenang) dan waqar (anggun) demi untuk mendapatkan ilmu, dan rendahkan diri/bertawadhu’lah kalian terhadap guru kalian.” (HR. Imam Abu Naim melalui Sayyidina Umar bin Khatthab RA).
Buah dari ilmu ialah murid yang bersangkutan akan mempunyai sifat tenang dan anggun, serta rendah diri kepada guru yang ia belajar ilmu darinya. Sifat-sifat tersebut sangat disukai oleh Allah dan Rasul-Nya.
Murid durhaka adalah seseorang yang belajar ilmu agama, lantas tidak mau menghormati guru agamanya, mungkin disebabkan karena ilmu sang murid sudah melampaui ilmu gurunya, setelah sang murid melanjutkan pendidikannya di lain tempat yang dianggap jenjangnya lebih tinggi.
Murid dengan kriteria semacam ini, maka ilmunya tidak akan bermanfaat, dan umumnya jika ia sudah menjadi ‘orang’, maka akan terjerumus mengikuti kelompok-kelompok yang lebih mendahulukan perebutan kehidupan duniawi daripada mengamalkan ajaran syariat agama Islam.
Sayyiduna Ali bin Abi Thalib RA telah mengajarkan akhlaq mulia kepada jajaran para murid yang perlu ditiru dan diikuti: "Siapa saja yang pernah mengajarkan aku satu huruf, maka aku siap untuk menjadi budaknya."
Sumber FB Ustadz : Luthfi Bashori sedang di Ribath Al Murtadla, Singosari.
24 September 2021· Malang, Jawa Timur ·