'Illat Keharaman
Setiap ada keharaman, para ulama biasanya sudah melengkapinya dengan kajian latar belakang keharaman. Maksudnya, atas dasar apa dan bagaimana analisanya kok sampai sesuatu itu jadi haram hukumnya.
Secara umum, keharaman itu bisa dibagi dua macam. Ada keharaman secara ta'abbudi alias hanya semata ritual, namun ada juga keharaman secara ta'aqquli.
Yang pertama dan kedua itu bedanya pada letak alasan rasionalitasnya.
Ketika babi diharamkan untuk dimakan, maka jenis keharamannya bersifat ta'abbudi. Sebab kita tidak menemukan alasan rasional kenapa tidak boleh dimakan.
Mengingat ada bermilyar umat manusia yang mengkonsumsi babi sebagai makanan sehari-hari. Dan secara umum, tidak ada dampak langsung secara fisik, apakah misalnya jadi penyakit atau keracunan dan lainnya.
Mereka sehat wal afiat meski makan babi. Bahwa babi itu jorok dsn BLA BLA BLA, sebenarnya kalau kita masuk kandang ternak juga sama saja.
Lagian kalau misalnya babi dianggap haram karena ada cacing pita, terus kalau teknik pengolahannya bisa membunuh cacing pita, kan urusannya selesai.
Apakah lantas babi jadi halal? Kan enggak juga.
So, kenapa babi haram? Karena secara ritual atau ta'abbudi memang diharamkan.
Lalu contoh kedua adalah haram karena madharat, seperti haram makan yang berbahaya bagi kesehatan.
Misalnya mengkonsumsi makanan kadaluarsa, mengandung zat berbahaya, pengawet, pewarna dan sumber penyakit yang terindikasi membahayakan.
Atau nenggak drug alias penyalahgunaan obat psikotropika dan terlarang. Hasilnya jelas, pastilah badan hancur.
Akibat yang dihasilkan bisa terlihat jelas dan langsung bisa diindera secara kasat mata.
Sayangnya di tangan masyarakat awam, penjelasan sejelas itu justru malah bias. Yang bikin bias karena ilmu 'pokoknya'.
Pokoknya ikut ulama, pokoknya ikut ustadz, pokoknya ikut pimpinan, pokoknya ikut ini dan itu. Kalau tidak mau, awas nanti rasakan balasan danurka dari Allah.
Dan karena ditakut-takuti macam itu, mentalitas umat kita jadi cenderung ketakutan melulu. Alih-alih berpikir logis, runut dan masuk akal, yang terjadi justru kebekuan, taqlid dan ketaatan tanpa kefahaman.
Inilah yang dimaksud dengan kebekuan pemikiran. Belajar agama serasa sedang ditanamkan dogma-dogma tak terbantahkan 100 persen.
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat
Kajian· 5 Juli 2021·