Tujuan Para Wali
Suatu ketika Al-Imam al-Ghazali bertanya:
ﺳﺄﻟﺖ ﺑﻌﺾ ﻣﺸﺎﻳﺨﻨﺎ ﻋﻤﺎ ﻳﻌﺘﺎﺩﻩ ﺃﻭﻟﻴﺎﺅﻧﺎ ﻣﻦ ﻗﺮاءﺓ ﺳﻮﺭﺓ اﻟﻮاﻗﻌﺔ ﻓﻲ ﺃﻳﺎﻡ اﻟﻌﺴﺮﺓ ﺃﻟﻴﺲ اﻟﻤﺮاﺩ ﺑﻪ ﺃﻥ ﻳﺪﻓﻊ اﻟﻠﻪ ﺑﻪ اﻟﺸﺪﺓ ﻋﻨﻬﻢ ﻭﻳﻮﺳﻊ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻓﻲ اﻟﺪﻧﻴﺎ ﻓﻜﻴﻒ ﻳﺼﺢ ﺇﺭاﺩﺓ ﻣﺘﺎﻉ اﻟﺪﻧﻴﺎ ﺑﻌﻤﻞ اﻵﺧﺮﺓ؟
Aku bertanya pada guru kami tentang kebiasaan para wali membaca surah al-Wâqi'ah ketika masa-masa sulit, bukankah itu berarti berkeinginan agar Allah menolak kesulitan itu dan melapangkan (rezeki) kehidupan dunia ini pada mereka?
Lantas, bagaimana bisa dibenarkan keinginan (mendapat) bekal dunia dengan amal akhirat?
ﻓﺄﺟﺎﺏ ﺑﺄﻥ ﻣﺮاﺩﻫﻢ ﺃﻥ ﻳﺮﺯﻗﻬﻢ ﻗﻨﺎﻋﺔ ﺃﻭ ﻗﻮﺗﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﻟﻬﻢ ﻋﺪﺓ ﻋﻠﻰ ﻋﺒﺎﺩﺗﻪ ﻭﻗﻮﺓ ﻋﻠﻰ ﺩﺭﻭﺱ اﻟﻌﻠﻢ ﻭﻫﺬا ﻣﻦ ﺇﺭاﺩﺓ اﻟﺨﻴﺮ ﻻ اﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﻗﺮاءﺓ ﻫﺬﻩ اﻟﺴﻮﺭﺓ ﻋﻨﺪ اﻟﺸﺪﺓ ﻓﻲ ﺃﻣﺮ اﻟﺮﺯﻕ ﻭﺭﺩﺕ ﺑﻪ اﻷﺧﺒﺎﺭ اﻟﻤﺄﺛﻮﺭﺓ ﻋﻦ اﻟﺴﻠﻒ ﺣﺘﻰ ﻋﻮﺗﺐ اﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮﺩ ﻓﻲ ﺃﻣﺮ ﻭﻟﺪﻩ ﺇﺫ ﻟﻢ ﻳﺘﺮﻙ ﻟﻬﻢ ﺩﻳﻨﺎﺭا ﻓﻘﺎﻝ: ﺧﻠﻔﺖ ﻟﻬﻢ ﺳﻮﺭﺓ اﻟﻮاﻗﻌﺔ اﻩ.
(Guru kami) menjawab bahwa maksud mereka (sebenarnya) adalah agar Allah menganugerahkan rezeki sifat qana'ah (rasa cukup) atau makanan pokok yang Dia jadikan untuk mereka sebagai bekal pada hamba-hambaNya dan kekuatan dalam mempelajari ilmu. Tentu saja hal ini merupakan harapan yang baik, bukan dunia. Sementara itu, membaca surah ini ketika mengalami kesulitan dalam masalah rezeki terdapat beberapa khabar ma'tsur dari generasi salaf hingga Ibnu Mas'ud ditegur mengenai anaknya karena beliau tak meninggalkan warisan berupa dinar. Beliau pun berkata: Aku tinggalkan mereka surah al-Wâqi'ah.
Dikutip dari kitab Faidhul Qadîr karya al-Imam al-Munâwi, beliau mengutip dari kitab Minhâjul 'Âbidîn karya al-Imam al-Ghazali.
Sumber FB Ustadz : Nur Hasim
20 Juni 2021