Kemerdekaan Itu Hak Segala Bangsa
Oleh : Ahmad Sarwat, Lc.MA
Penjajahan di atas dunia di zaman sekarang ini mungkin sudah tidak ada lagi, kecuali mungkin kasus Israel Palestina. Itu bab yang berbeda.
Namun demikian, hari-hari ini umat manusia di berbagai negara, semuanya, sama-sama sedang berjuang mengusir dan menghadapi penjajahan terbesar yang sifatnya global.
Musuhnya satu, meski punya banyak varian. Musuhnya bukan manusia, bukan robot, bukan alien, tapi makhluk terkecil yang tidak nampak di mata, musuh dalam wujud mikrobiologi yaitu virus covid-19.
Yang bikin istimewa, penjajahan ini terjadi manakala teknologi manusia sudah sedemikian maju. Segera setelah beberapa negara berhadapan dengan penjajah covid ini, profil musuh segera bisa dikenali.
Sehingga tentang bagaimana cara umata manusia harus melawannya, sudah dengan mudah dipetakan. Kelebihan dan kelemahan virus itu pun sudah terbongkar. Tinggal menjalankan perlawanan saja sebenarnya.
Tapi bagaimana laporan pandangan mata terkait perlawanan terhadap penjajahan covid ini?
Rupanya beritanya cukup dinamis. Perlawan di berbagai negara justru banyak mengalami kendala.
Apakah manusia dengan kemampuan sainsnya akan mampu mengalahkan wabah? Atau tetap harus jatuh banyak korban lagi seperti di awal abad 20 lalu?
Haruskan pandemi ini dijalani selama bertahun-tahun seperti di zaman teknologi kita masih purba?
oOo
Jawabannya relatif juga. Penemuan berbagai macam obat, vaksin serta protokol kesehatan yang canggih setidaknya terbukti ampuh dan efektif.
Perkembangan terakhir sungguh mengagumkan. Beberapa negara terbukti sudah bebas wabah.
Pertandingan sepak bola sudah kembali digelar dimana para penontonnya sudah tidak perlu lagi khawatir mengalami tsunami covid. Macam tak pernah terjadi wabah sebelumnya.
Lalu bagaimana dengan negeri kita?
Nah ini dia yang mau kita telaah lebih jauh. Betapa ironisnya, bukan. Yang terjadi di negeri kita justru sebaliknya. Angka korbannya disini justru lagi tinggi-tingginya.
Sungguh kontradiktif sekali. Sekaligus menyakitkan.
Kok bisa-bisanya di saat negeri lain sudah pada merdeka, justru kita malah lagi dijajah.
Apakah kita tidak bisa belajar dari negeri lain? Apakah tidak ada kiat sukses yang bisa kita tiru?
oOo
Bagaimana dengan Saudi Arabia?
Saudi nampaknya mulus menjalankan proses pemulihan. Buktinya ibadah haji tetap diselenggarakan. Tidak pernah berhenti sekalipun. Bahkan di tahun lalu pun tetap diselenggarakan ibadah haji.
Padahal masjid Al-Haram Mekkah sempat ditutup total selama sekian lama. Namun hari ini kita saksikan masjid itu sudah ramai dengan jamaah umroh. Meski semua tetap kudu menjalankan protokol kesehatan dengan ketat.
Kalau ada disebutkan bahwa dua tahun ini tidak ada ibadah haji, sebenarnya perlu diluruskan. Bukan tidak ada ibadah haji, tapi kran arus jamaah haji dari semua negara lain, memang masih distop, termasuk dari Indonesia.
Itu memang prosedur dasar. Inti masalah wabah itu kan penularan. Dan akar masalah penularan adalah perkumpulan orang dari berbagai negara.
Maka semua itu distop dulu. Cukup jamaah haji lokal saja. Bukan hanya lokal Mekkah ya, tapi lokal se-Saudi Arabia.
Uniknya, yang dapat kesempatan bukan hanya warga Saudi, tapi warga negara manapun, asalkan sudah tinggal lama di Saudi (ekspatriat). Termasuk jamaah berpaspor Indonesia pun dapat kesempatan haji di tahun lalu.
Tentu tetap dengan prosesur yang teramat ketat. Pokoknya lebih susah dari masuk surga.
oOo
Memang kalau kita mengingat sejarah perjuangan kakek nenek kita sewaktu menghadapi penjajahan fisik Belanda dan Jepang, cukup panjang jalannya.
Sampai punya hari pahlawan yang diperingati tiap tanggal 10 Nopember. Kala itu ribuan nyawa pahlawan kita dipersembahkan demi kemerdekaan ibu Pertiwi.
Namun kunci sukses kemerdekaan kita pada akhirnya adalah persatuan dan kesatuan. Rakyat, tentara, dan para pemimpin bersatu padu, saling berjibaku, untuk membebaskan negeri dari penjajahan.
Saya melihat untuk penjajahan covid ini memang kunci yang satu itu belum kitak uasai. Persatuan dan kesatuan nampaknya masih belum terlaksana.
Rakyat masih terbelah, suara mereka masih terpecah. Perangnya bukan melawan penjajah, tapi malah perang saudara.
Rupanya strategi penjajah untuk memecah-belah dan menjajah (Devide et impera) masih jadi persoalan besar di negeri kita.
Kalau melirik negara yang sudah sukses merdeka dan mengalahkan penjajah covid, kiat sukses mereka memang persatuan dan kesatuan.
Jangan ada lagi pengkhianatan, saling jegal, saling curiga. Jangan mau diadu-domba. Ayo kitupakan perselisihan. Kita berjuang bersama.
Mari kita bersatu melawan penjajah.
Merdeka, merdeka, merdeka !!!
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar !!!
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat
Kajian · 22 Juni 2021·