Bau Duit

Bau Duit - Kajian Islam Tarakan

Bau Duit

Oleh Ahmad Sarwat, Lc.MA

Konon ketika mulai bangkit lagi dari keterpurukan finansial akibat hijrah ke Madinah, Abdurrahman bin Auf radhiyallahu'anhu memulai bisnisnya dengan berjualan ranting kayu bakar di pasar kota Madinah.

Padahal sebelumnya tidak pernah ada orang jualan ranting kau bakar di pasar Madinah itu. 

Logikanya, ngapain juga beli ranting, kan kayak gitu banyak tersedia dimana-mana. 

Tinggal cari saja di kebon atau di semak-semak, pasti dapat banyak. Jadi tidak ada pedagang jualan ranting kayu bakar. Toh juga nggak ada yang mau beli. 

Maka ketika memulai membuka lapak barunya yang isi jualannya ranting kayu bakar, banyak orang pada heran. Emangnya ada yang beli? Emangnya laku? 

Tapi nyatanya dagangannya habis juga. Entah bagaimana kok bisa. Dan akhirnya Shahabat ini malah jadi orang paling kaya di Madinah. 

Lalu apa analisanya?

Ada banyak versi pastinya. Ada yang logis tapi ada juga yang rada spekulasi dalam menganalisa. Namanya juga analisa. 

Salah satu analisa yang unik adalah bahwa saat itu mulai terjadi pergeseran gaya hidup di Madinah. 

Masyarakat Madinah mungkin mengalami proses perubahan sosial ekonomi. Barangkali salah satu penyebabnya adalah berkecamuknya Perang Badar di tahun kedua Hijriyah. 

Apa hubungannya?

Jelas sekali sebenarnya, cuma banyak yang nggak engeh. Perang Badar itu kan dimenangkan umat Islam. Dan untuk pertama kalinya turun syariat dihalalkannya harta rampasan perang. 

Makanya sedikit terjadi keriuhan tentang bagaimana metode membagi-bagi harta rampasan perang. Smapai turun ayat pertama surat Al-Anfal yang membahas bagaimana metode membagi ghanimah.

Tapi intinya, denyut nadi perekonomian masyarakat Madinah nampak mulai bergerak, akibat banyak masuk defisa dari ghanimah itu. 

Kalau kita di masa sekarang ini kira-kira menyebutnya mulai fenomena bermunculan orang kaya baru. Ekonominya mulai mapan, tabungannya banyak, dan siap membelanjakan hartanya. Siap beli  apa saja. 

Tidak terkecuali belanja ranting kayu bakar yang dijual di lapaknya Abdurrahman bin Auf tadi. 

Duit sudah banyak, ngapain repot-repot belusukan di kebon dan semak-semak. Butuh kayu bakar, tinggal beli saja di lapaknya Abdurrahman bin Auf. 

Praktis, cepat, hemat waktu dan jadi lebih ekonomis juga ujung-ujungnya. 

Maka kita melihat secara perlahan telah terjadi pergeseran sosial ekonomi di Madinah kala itu.  Dari yang awalnya ranting kau bakar itu tidak ada harganya, kemudian menjadi barang yang punya nilai komoditas tersendiri.

oOo

Mirip orang jualan air kemasan botol dan galon hari ini. Di tahun 70-an, mana ada kita beli air minum botol atau galon? Buat apa? Kan air tersedia dimana-mana. 

Zaman segitu kita keheranan kalau dengar cerita orang haji bahwa di Arab sana itu orang beli air. Bahkan harga air itu lebih mahal dari bensin. 

Dan saat itu kita tertawa karena merasa aneh. Hehe air kok beli?

Tapi hari ini kita semua sudah hidup di era yang dimaksud. Air itu beli, harganya lebih mahal dari bensin. 

Air pun dijual orang. Dan pebisnis air minum pun jadi orang kaya. Mirip dengan pebisnis ranting kayu bakar di atas. Jadi orang terkaya di Madinah. 

NOTE

Unik sekali cara bisnis shahabat yang satu ini. Dia tidak memanfaatkan sentimen keagamaan, atau pun eforia syariah, juga tidak bawa-bawa fatwa halal haram demi membangun bisnisnya.

Beliau tidak mengembel-embeli ranting kayu bakar jualannya dengan label syariah, atau  halal, atau ranting Sunnah

Oh ya, juga tidak tipu-tipu masyarakat dengan trend mengada-ada ala monkey bussines. 

Yang dilakukan adalah jeli melihat peluang antara suply, demand, tingkat kesejahteraan, dan gaya hidup yang mengalami pergeseran. 

Sesekali berpikir out of the box boleh juga. 

Tapi yang jelas tipe pebisnis yang hidungnya pandai mengendus dimana ada duit itu juga penting. Mungkin shahabat macam Abdurrahman bin Auf itu salah satunya.

Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat

Kajian· 21 Juni 2021· 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Bau Duit - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®