Berdoa Apa Mengatur Allah?
Penutupan ngaji Ramadan di SMP Shaftatv , Lontar Surabaya, membahas tentang Lailatul Qadar tetapi karena pertanyaan tidak harus sesuai tema, tiba-tiba ada salah satu guru yang bertanya perihal doa.
Beliau membaca sebuah postingan di Medsos yang melarang berdoa dengan kalimat semisal "Ya Allah, terimalah aku di universitas ini (misalnya kampus favorit)". Menurut postingan itu berdoa semacam ini adalah bentuk mengatur-atur Allah. Doa yang betul adalah "Ya Allah mudahkanlah aku diterima kampus yang terbaik di sisi Mu".
Doa memang ada kalanya menyebut keinginan kepada Allah. Hal semacam ini boleh-boleh saja, tidak masalah. Di dalam Al-Qur'an Nabi Sulaiman berdoa:
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَّا يَنبَغِي لِأَحَدٍ مِّن بَعْدِي ۖ
Sulaiman berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi". (Şād: 35)
Dalam sebuah hadits:
ﻭﻋﻦ ﺃﻧﺲ ﻗﺎﻝ: ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ - ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: " «ﻟﻴﺴﺄﻝ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﺭﺑﻪ ﺣﺎﺟﺘﻪ، ﺃﻭ ﺣﻮاﺋﺠﻪ ﻛﻠﻬﺎ، ﺣﺘﻰ ﻳﺴﺄﻟﻪ ﺷﺴﻊ ﻧﻌﻠﻪ ﺇﺫا اﻧﻘﻄﻊ، ﻭﺣﺘﻰ ﻳﺴﺄﻟﻪ اﻟﻤﻠﺢ» ". ﻗﻠﺖ: ﺭﻭاﻩ اﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻏﻴﺮ ﻗﻮﻟﻪ: " ﻭﺣﺘﻰ ﻳﺴﺄﻟﻪ اﻟﻤﻠﺢ ". ﺭﻭاﻩ اﻟﺒﺰاﺭ، ﻭﺭﺟﺎﻟﻪ ﺭﺟﺎﻝ اﻟﺼﺤﻴﺢ ﻏﻴﺮ ﺳﻴﺎﺭ ﺑﻦ ﺣﺎﺗﻢ، ﻭﻫﻮ ﺛﻘﺔ.
Dari Anas bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: "Hendaklah kalian meminta keperluannya kepada Allah, atau seluruh hajatnya, hingga tali sandal jika terputus, hingga meminta garam" (HR Al-Bazzar)
Memang ada etika berdoa dalam ilmu tasawuf. Etika tersebut menuntun bahwa jika berdoa ya benar-benar meminta, bukan mengatur Allah agar keinginannya tercapai sesuai maksud dirinya. Ini tidak boleh. Tetapi jika meminta kepada Allah dengan menyebut keinginannya lalu disertai kepasrahan kepada Allah dalam terkabulnya doa, maka tidak apa-apa. Sebagaimana disampaikan oleh ahli hadis Syekh Abdurrauf Al-Munawi:
(اﻟﺘﺪﺑﻴﺮ) ﺃﻱ اﻟﻨﻈﺮ ﻓﻲ ﻋﻮاﻗﺐ اﻹﻧﻔﺎﻕ ﻭﻫﺬا ﻻ ﻳﻌﺎﺭﺽ ﻗﻮﻝ اﻟﺼﻮﻓﻴﺔ ﺃﺭﺡ ﻧﻔﺴﻚ ﻣﻦ اﻟﺘﺪﺑﻴﺮ ﻓﻤﺎ ﻗﺎﻡ ﺑﻪ ﻏﻴﺮﻙ ﻋﻨﻚ ﻻ ﺗﻘﻢ ﺑﻪ ﻟﻨﻔﺴﻚ ﻣﺎ ﺫاﻙ ﺇﻻ ﻷﻥ اﻟﻜﻼﻡ ﻫﻨﺎ ﻓﻲ ﺗﺪﺑﻴﺮ ﺻﺤﺒﻪ ﺗﻔﻮﻳﺾ ﻭﻛﻼﻣﻬﻢ ﻓﻴﻤﺎ ﻻ ﻳﺼﺤﺒﻪ
"Tadbir, mengatur akibat dari pemberian", hal ini tidak bertentangan dengan perkataan para ulama Shufi (Syekh Ibnu Ataillah), yaitu:
“Istirahatkan dirimu dari tadbiir (melakukan pengaturan- pengaturan)! Maka hal-hal yang telah Allah lakukan untukmu, janganlah engkau (turut) mengurusinya untuk dirimu.”
Sebab tadbir yang dibolehkan jika disertai kepasrahan kepada Allah. Dan larangan dari para ulama Shufi adalah jika tidak ada kepasrahan kepada Allah (Faidl Al-Qadir, 3/280)
Sumber FB Ustadz : Ma'ruf Khozin
2 Mei 2021