GURU DAN MURID BERBEDA PENDAPAT
Jika kita membuka catatan sejarah melalui literatur kitab-kitab ulama', tampak menjadi sesuatu yang lumrah guru dan murid memiliki pandangan yang berbeda, baik tentang hukum, sikap, maupun pilihan politik. Bahkan tak jarang kritik ilmiyah juga mereka dilontarkan. Tentu saja semua dilakukan karena ghairah diniyah mereka dalam menjaga ilmu agama yang diyakini, bukan faktor dendam atau permusuhan karena hawa nafsu. Tetapi di Indonesia sendiri, saya melihat perbedaan guru dan murid masih tampak tabu, bahkan bisa-bisa disebut kuwalat kepada gurunya.
Berikut ini adalah beberapa nama guru dan murid yang berbeda pendapat:
1. Imam asy-Syafi'i berbeda pendapat, bahkan sempat mengkritisi usul ahkam guru mulianya, Imam Malik sehingga memantik kritik balik dan celaan dari beberapa ulama' Malikiyah di Mesir.
2. Imam Muhammad bin Hasan asy-Syaibani mengkritisi usul ahkam Imam Malik, gurunya sendiri (Imam Muhammad asy-Syaibani adalah salah satu perawi kitab al-Muwaththo') yang mendahulukan ijma' ulama' Madinah daripada hadits Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam.
Sebagaimana maklum dalam sejarah tadwin fikih, Imam Malik meninggalkan 70 lebih hadits shahih dalam al-Muwaththo' karena dianggap bertentangan dengan ijma' ulama' Madinah.
3. Imam al-Bukhari berbeda pendapat dengan gurunya, Imam Ahmad bin Hanbal tentang pelafalan al-Qur'an adalah makhluk. Bahkan Imam Ahmad membid'ahkan orang-orang yang berkata demikian.
4. Syaikhul Islam Zakariya al-Anshori berbeda pandangan dengan gurunya, al-Hafizh Ibn Hajar tentang Syaikh Akbar Ibn Arabi. Nama pertama begitu hormat dan meyakini Syaikh Akbar Ibn Arabi adalah waliyullah.
5. Imam Ibn Katsir berbeda akidah dengan gurunya, Imam Ibn Taimiyah. Nama pertama adalah penganut akidah Asy'ariyah atas bukti pengakuannya sendiri dan sah menjadi pengajar di Madrasah Darul Hadits yang disyaratkan oleh wakifnya, bahwa pengajar disana harus berakidah Asy'ariyah.
6. Imam Ibn Hajar al-Haitami berbeda pendapat dalam bab fikih dengan gurunya, Syaikhul Islam Zakariya al-Anshori. Bagi pembelajar fikih Syafi'iyyah pasti faham masalah ini.
7. Imam Mulla Ali al-Qori al-Hanafi sering berbeda tajam dengan gurunya sendiri, Imam Ibn Hajar al-Haitami.
8. Imam Tajuddin as-Subki beberapa kali mengkritisi gurunya, Imam adz-Dzahabi karena alasan kritikan beliau terhadap akidah Asy'ariyah.
9. Imam adz-Dzahabi mengkritisi tajam akidah gurunya, Imam Ibn Taimiyah.
Kyai kami, (alm) Syaikhuna KH. Abdul Wahid Zuhdi rahimahullah semasa hidupnya beberapa kali dawuh: "Kelak jika kamu sudah keluar pondok, kamu boleh berbeda dengan aku asal kamu bertanggung jawab".
Bagaimana menurut anda?
Baca juga kajian tentang ikhtilaf berikut :
- Tinggal Makan Aja Ribet
- Luwes Karena Luas
- Jika Perbedaan itu Rahmat, Lalu Apakah Sepakat itu Azab?
- Saat Berdo’a Tangan Tidak Boleh Direnggangkan?
- Ayatnya Satu, Kesimpulannya Ada Sebelas Macam
Sumber FB Ustadz : Hidayat Nur
Kajian Islam · 25 Maret 2021 pada 09.56 ·