Fiqih Perbandingan Mazhab, Haram?

Fiqih Perbandingan Mazhab, Haram? - Kajian Islam Tarakan

Fiqih Perbandingan Mazhab, Haram?

Bagian Pertama

Jangan ajarkan banyak Mazhab, cukup satu Mazhab saja. Soalnya akan banyak bahayanya.

Sebab kalau anda mengajarkan banyak pendapat Mazhab yang berbeda-beda, dampak negatifnya nanti orang akan menjadikan agama ini main-mainan saja.

Bayangkan mereka akan gonta-ganti Mazhab seenaknya. Pagi pakai Mazhab A, siangan dikit sudah pakai Mazhab B. Sore giliran pakai mazhab C dan menjelang tidur pakai Mazhab D. Sehari ganti Mazhab empat kali. Yang benar saja?

Saya sendiri setuju bahwa bermazhab model kutu loncat kayak gitu hukumnya haram, sama saja dengan mempermainkan agama.

Dalam sejarah ulama empat mazhab pun tidak pernah dibenarkan cara loncat-loncat seperti itu. Sebagian kalangan menyebut kayak gitu itu merupakan sikap talfiq antar Mazhab yang hukumnya terlarang. 

Tapi bukankah kita sepakat bahwa semua Mazhab itu benar? Bukankah tiap Mazhab itu dipimpin oleh para pakar Mujtahid yang kelasnya sudah mutlak mustaqil? 

Kalau Mazhab A itu benar, lalu Mazhab B itu benar, dan Mazhab C dan D juga dianggap benar, maka sehari ganti Mazhab 4 kali itu harusnya boleh dong. Kan dari benar ke benar terus ke benar dan ke benar. 

Lha kok kenapa jadi tidak boleh? Ini gimana logikanya? 

Jadi gini ya. Gak mentang-mentang semua Mazhab itu benar, kita lantas boleh bongkar pasang sparepart masing-masing Mazhab seenaknya juga. Gak boleh kayak gitu.

Kalau kita ibaratkan HP android vs iPhone sebagai contoh. Tidak bisa dong camera HP punya android dipasang begitu saja di HP iPhone. 

Karena masing-masing punya hardware dan software sendiri-sendiri yang amat berbeda. 

Ngga usah jauh-jauh, colokan kabel  chargernya pun beda. Sekedar ngecas HP android nggak bisa pakai cesan HP iPhone. Dan hal yang sama juga berlaku sebaliknya. Gitu sih sederhananya. 

Jadi kalau mau pakai Android ya android. Pakai iPhone ya iPhone. Jangan dicampur-campur printilannya.

oOo

Bagian Kedua

Kalau hukumnya tidak boleh mengajarkan perbandingan Mazhab, lalu kenapa saya sedikit-sedikit bicara banyak Mazhab dan membandingkan mazhab? 

Kalau jawab pertanyaan, pasti menyebut bahwa menurut Mazhab A begini, menurut Mazhab B begitu. 

Nah latar belakangnya berbeda.

Pertama

Saya tidak bicara di depan anak-anak yang baru belajar agama. Tapi saya bicara di hadapan kalangan yang merasa pendapatnya pribadi itu mutlak kebenarannya. Dan semua pendapat yang tidak sama dengan seleranya, divonis salah semua bahkan sesat. 

Mirip dulu Imam Malik (w. 167H) ketika menolak permintaan Harun Ar-Rasyid untuk menjadikan mazhabnya sebagai satu-satunyamazhab yang diakui negara. 

Imam Malik saat itu berhujjah bahwa ulama dan Mazhab itu ada banyak, ada Al-Laits di Mesir, ada Sufyan di Mekkah dan banyak lagi. Jangan dihilangkan begitu saja. Semua harus diakui eksistensinya.

Maka ketika saya menjelaskan banyak Mazhab, tentu dalam rangka sedang membuka wawasan, biar nggak merasa dirinya satu-satu pewaris nabi yang tersisa. 

Kedua

Saya juga berhadapan dengan kombatan anti Mazhab yang parah karena sudah stadium 4. Ini penyakit parah banget dan sangat menular. Kalau ceramah atau menulis, pasti isinya merusak sistem imun dan kekebalan tubuh umat Islam. 

Maka kalau saya bicara tentang empat mazhab, sebenarnya saya sedang melakukan vaksinasi massal kepada khalayak biar tidak terinfeksi virus jahat anti Mazhab. 

Silahkan pilih mau vaksin yang mana. Mau pakai Sinovac, Moderna, Pfizer atau yang lain. Semua itu vaksin resmi. Yang mana saja silahkan. 

Tapi jangan semuanya dicampur jadi satu. Mentang-mentang semua baik. Ya nggak boleh kayak gitu juga. Kayak gitu malah berbahaya jadinya.

Baca juga kajian ulama tentang mazhab berikut :

  1. Buku Sejarah dan Keagungan Mazhab Syafii
  2. Geliat Kajian Fiqh Mazhab Syafi’i di Indonesia
  3. Arti Bermazhab
  4. Buku Fiqih Empat Mazhab
  5. Perbedaan Madzhab

Sumber FB : Ahmad Sarwat

Kajian · 9 Maret 2021· 

beberapa komentar : 

Lusi Khulusiniah
Untuk yg awam, apa yg harus dipelajari agar tdk mencampur mazhab secara tdk sengaja, ustadz Ahmad Sarwat ? Pengetahuan secara terbatas kan Ind penganut Syafii walau ngga ngerti juga apa sih ciri mazhab ini.

Ahmad Sarwat
Lusi Khulusiniah kuncinya sederhana sekali. Kalau ngaji harus jelas judulnya. Ngaji fiqih, apa hadits atau tafsir?
Kalau ngaji fiqih, berarti harus jelas jenis mazhabnya. Apakah pakai Mazhab Syafi'i atau Mazhab lain, atau malah tidak jelas jenis kelamin mazhabnya.
Kalau Mazhab Syafi'i, kitabnya kudu kitab mazhab Syafi'i dan Nara sumbernya kudu yang bermazhab Syafi'i juga.
Ibaratnya mau belajar bela diri kan juga harus jelas jenis bela diri apa. Misalnya silat nih. Ya gurunya kan kudu guru silat.
Jangan guru kursus masak malah ngajar bela diri. Pakai ngaku ngajar silat pula. Kan ngawur banget.

Sulaiman
Belakang ini banyak dimedsos terutama di youtube mereka yang notabene anti madzhab mengajarkan madzhab Syafi'i
Sehingga bukan lagi menyampaikan apa yang ada di kitab tapi malah seperti mengoreksi dan di luruskan seakan yang ada di kitab itu salah
Hebatkan ...

Ayub Prakoso
Islam itu mudah jangan dipersulit.

Ahmad Sarwat
Ayub Prakoso siapa bilang Islam itu susah? Islam itu mudah. Sangat mudah sekali.
Semudah naik sepeda ontel. Semua orang pasti bisa naik sepeda ontel. Yang penting mau belajar.
Kalau tidak pernah belajar sededa ontel, pilot sekalipun tidak akan bisa naikinnya.
Lalu pilot bilang : ternyata naik sepeda ontel itu susah banget.

Chrisdiana Dhany
Pak ustad terus bgaimna menanggapi perkataan golongan anti mazhab yg selalu menukil perkataan salah satu imam mazhab yg bilang 'jika ada pendapatku yg menyelisihi hadits shahih, makaa ikutilah hadits trsebut'??? Contoh misalkan dalam permasalahan bid'ah hasannah, yg dibenturkan dengan hadits kullu bid'atin dholalah wa kullu dholalatin finnar..

Taufik Imam Aldimawy
Chrisdiana Dhany menurut sy jawab saja begini, memangnya imam syafi'i tdk tau hadis itu...? Atau beliau bodoh dlm memahami hadis itu?

Ahmad Sarwat
Chrisdiana Dhany golongan anti Mazhab biasanya pada nggak mau ketemu saya. Belum apa-apa udah ngabur duluan.
Karena rata-rata tidak bisa bahasa Arab. Tidak pernah kuliah di Fakultas Syariah, Hadits atau pun Tafsir.
Diajak ngomong ilmu hadits, banyak bengongnya. Apalagi bicara ilmu syariah, lebih nggak nyambung lagi.
Apalagi ngomongin tokoh ulama di bidang ilmu Al-Quran, ilmu hadits, ilmu fiqih, mereka sama sekali nggak kenal.
Apalagi ngomongin kitab-kitab hadits,fiqih atau tafsir. Lebih nggak nyambung lagi.
Jadi mau diskusi apa kalau lawan bicara nggak paham apa-apa?
Jadi menurut saya mereka cuma berani kalau berhadapan dengan sesama orang awam.

Chrisdiana Dhany
Ahmad Sarwat iya pak ustadz, krna yg di incar rata2 org awam.. Gimana ga merinding ketika org awam dengan kultur nahdliyyin, dikasih nukilan imam mazhab diatas, dan di kasih Al-Baqarah 170 gara2 ngikutin kultur nahdliyyin tsb.. 😅...

Untung Karyono
Ahmad Sarwat ijin nyimak tadz. Memang ustadz brilianz.....faham betul masalah, beda kalo kita awam yg bicara di"prek"kan

Chrisdiana Dhany
Ahmad Sarwat iya pak ustadz, krna yg di incar rata2 org awam.. Gimana ga merinding ketika org awam dengan kultur nahdliyyin, dikasih nukilan imam mazhab diatas, dan di kasih Al-Baqarah 170 gara2 ngikutin kultur nahdliyyin tsb.. 😅...

Lutfi Prayogi
Chrisdiana Dhany untuk jawaban pertama mungkin bisa ditanyakan, seperti apa asbabul wurud (konteks/latar belakang munculnya) hadits tersebut, apakah konteksnya menanggapi kegiatan 'bid'ah hasanah' yang sedang dibahas.
Atau jangan-jangan mereka tidak tau dan atau tidak peduli dengan konteksnya, pokoknya pengen asal ngejeplak dalil aja. 😌

Billyandi Soeratman Gundalaputrapetir
Ahmad Sarwat wah brrt ustadz hebat dong lbh pintar dr mereka? keren tadz

Hery Azwan
Perumpamaan mazhab dengan vaksin sangat tepat dan aktual, Ustadz. Mantabbbb

Al Arj
bagaimana tentang saya pak ustad Ahmad Sarwat , sy bermazab syafi'e namun saya terkena penyakit was was najis anjing di krnkan tempat saya tinggal sekarang banyak anjing, hampir saya stres, terus saya masalah najis anjing ikut mazhab maliki, ALHAMDULILLAH saya sdah bisa di bilang sembuh dari was was najis berat, bagaimana pendapat ustad?

Ahmad Sarwat
Al Arj bagaimana cara membuktikan Anda itu bermazhab Syafi'i? Atau cuma ngaku-ngaku doang?

Derry Bijak
"...Maka ketika saya menjelaskan banyak Mazhab, tentu dalam rangka sedang membuka wawasan, biar nggak merasa dirinya satu-satu pewaris nabi yang tersisa."
Statemen ini saya suka, "satu-satunya pewaris nabi yang tersisa"

Astrio Martiono Licken
Terima kasih ustadz,menambah wawasan berfikir dl berilmu.

Satria Dharma
Analogi yang sangat mengena. 👍😊

Roy Denies
Ust, boleh gk misal di Indonesiakan menganut paham Asyafii, bgmana jika dalam hal trtentu kita ambil mazhab lain, bgaimana hukumnya?, misal, jk dimazha hanafi wali, hakim tidak wajib dlm pernikahan, atau dlm hal wudhu sentuhan tidak batal dlm mazhab hambali...syukron

Ahmad Sarwat
Roy Denies masalahnya tidak sesederhana yang kita bayangkan. Dalam Mazhab Hanafi, wanita itu bisa menikahkan diri sendiri.
Dari awal memang sudah beda konsep dan prinsip.
Jumhur ulama mana kenal konsep kayak gitu. Mana ada wanita boleh menikahkan diri sendiri?
©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Fiqih Perbandingan Mazhab, Haram? - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®