Semangat dan Ikhlas dalam Bekerja
Bukan rahasia lagi kalau orang bekerja adalah untuk mendapatkan gaji. Maka, jangan heran kalau semangat (sebagian) orang yang bekerja sangat tergantung pada besaran gaji. Kalau pendapatan yang diterima besar, semangatnya akan menggebu-gebu. Sebaliknya, apabila pendapatan yang diterima kecil, semangatnya pun jadi lesu. Tentu saja, hal ini tidak berlaku pada orang yang memang sangat memerlukan uang dan belum memperoleh pekerjaan lain dengan gaji yang lebih besar.
Padahal cara berpikir begitu sebetulnya keliru. Pertama, gaji yang rendah yang membuat kita tidak bersemangat akan mempengaruhi kualitas hasil kerja. Hasil pekerjaan kurang berkualitas akan membuat atasan kecewa bahkan marah Ekspresi kekecewaan atasan bisa membuat kita enggan berangkat bekerja dan membolos. Dan akhirnya, bukannya naik pangkat atau gaji dinaikkan, tetapi kita malah bisa dipecat. Jadi, pangkalnya yang keliru. Maka bekerjalah tanpa bergantung pada gaji, insya Allah kita akan lebih sukses dan nyaman dalam bekerja
Kedua, rezeki dari Allah Ta'ala teramat luas dan tidak hanya melalui gaji. Instansi, perusahaan, lembaga dan sebagainya hanya sebagai perantara. Rezeki dari-Nya bisa di manapun, melalui perantara siapapun, dan dalam bentuk apapun. "Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksana kan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu (QS. ath-Thalaq [65]:3).
Dengan demikian, semangat dalam bekerja jangan bergantung pada gaji karena rezeki dari Allah tidak hanya lewat gaji. Niatkan yang tulus kepada Allah dengan pekerjaan yang halal dan baik, syari'at yang selalu dipegang, serta terus bekerja secara jujur, disiplin, maksimal dan hasil pekerjaan berkualitas.
Biarkan saja jika atasan tidak mengetahui karena Allah pasti memperhatikan Abaikan juga atasan yang tidak menghargai karena Allah pasti menghargai orang yang berbuat kebaikan dan kejujuran. Allah pasti akan memberikan ganjaran lewat jalan yang lain. Allah Mahaperkasa lagi Mahamulia, dan kehendak-Nya pasti terjadi.
Sekalipun hasil pekerjaan kita yang berkualitas diklaim oleh orang lain, jangan sakit hati. Tetapi tetaplah tersenyum, itu cuma ujian keikhlasan. Hanya sebuah episode yang diatur oleh Allah Ta'ala. Dia melihat dan mengetahui semuanya. Lanjutkan saja bekerja dengan baik dan bagus. Ada waktunya Allah membukakan fakta yang sebenarnya
Ada istilah"lima as" yaitu kerja keras, cerdas, berkualitas, tuntas, dan ikhlas. Kalau tidak tuntas, ibarat keramas yang cuma sebelah. Tidak elok dilihatnya. Upayakan bekerja secara maksimal agar setiap pekerjaan tuntas. Lakukanlah karena Allah semata Dengan keikhlasan, kita dapat terhindar dari iri dan dengki. Setelah menekuni pekerjaan secara tuntas dan berkualitas, kita sudah tidak perlu iri atau dengki terhadap kawan-kawan sekolah dulu yang hidupnya telah bermobil mewah. Jangankan dengan teman sekelas, antara kita dan saudara saudara kita dalam satu keluarga pun garis hidupnya pasti berbeda.
Kita jangan protes kalau adik atau kakak kita lebih kaya Kita jangan pula membanding bandingkan harta dengan tetangga Saat lebaran tiba, tidak usah sibuk merental atau meminjam bermacam kendaraan perhiasan dan barang barang lainnya. Lebaran bukanlah musim kompetisi kepemilikan di kampung Perlombaan semacam itu sangat tidak baik. Kita akan sengsara dibuatnya.
"Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu." (QS. al-Hadid (57]:20).
Dunia hanyalah kesenangan yang menipu. Namun, wajib diingat kalau hal itu tidak lantas membuat kita mengabaikan maupun mengutuknya. Penting bagi kita untuk terus beramal pada jalur kebaikan dan bermanfaat tanpa harus membangga-banggakan rezeki yang diperoleh, apalagi merekayasa atau membuat pencitraan supaya dihormati. Apa adanya saja. Biasa-biasa saja. Normal-normal saja.
Saudaraku, tiada satu pun kebaikan yang akan luput dari pengawasan dan pengetahuan Allah Ta'ala. Tidak mungkin pahalanya tertukar. Dengan hasil pekerjaan yang tuntas dan berkualitas, kita tidak harus mendapat pujian, penghargaan, penghormatan maupun ucapan terima kasih dari orang lain. Lurus saja dalam berbuat, cukup berharap dan takut kepada-Nya. Allah yang akan mengangkat derajat kita bukan manusia.
Sumber : Ikhtiar Meraih Ridha Allah jilid 1
Sumber FB : KH. Abdullah Gymnastiar
Favorit · 9 Februari 2021 ·