Belajar ilmu agama itu tentu terdiri dari banyak cabang. Ada ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu fiqih, ilmu ushul fiqih, ilmu bahasa Arab, ilmu tarikh (sejarah), ilmu tasawwuf dan lainnya masih banyak.
Lalu masing-masing cabang ilmu itu pun punya aliran-aliran yang berbeda. Sebutlah misalnya dalam ilmu fiqih kita mengenal ada cabang-cabang seperti mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.
Secara teknis, biasanya yang berkembang dan diajarkan di suatu negeri tidak seluruh cabangnya, namun hanya satu cabang saja.
Khusus untuk wilayah Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura dan sebagian muslim Thailand, cabang ilmu fiqih yang berkembang hanya satu yaitu mazhab Asy-Syafi’i.
Nanti di regional lain bisa saja yang dominan mazhab Hanafi, Maliki atau Hambali.
Maka tidak sulit untuk mengatakan bahwa beragama itu otomatis bermazhab. Hanya saja kita tidak menyadari apa merek mazhabnya.
Mirip cat tembok rumah kita. Tiap hari kita melihat cat tembok rumah, meski kita tidak tahu merek apa cat tembok kita itu.
Hanya tukang atau pemborong bangunan yang dulu membangun rumah kita saja yang paham dan sadar mereknya.
Yang pasti amat kecil kemungkinannya cat tembok itu bermerek luar negeri yang tidak dijual di negeri kita.
Pasti tukang cat-nya juga tidak akan repot-repot beli cat tembok sampai ke Eropa atau Amerika sana. Ngapain jauh-jauh keluar negeri hanya untuk beli cat di material bangunan, mending juga liburan.
Beli saja di toko material di sekitar komplek rumah kita, lebih mudah, praktis, cepat dan simpel. Bahkan kalau kenal sama si Engkohnya, bisa tuh ngutang dulu dan bayarnya nanti habis bulan. Itu namanya Cin-cay.
Jadi tahu lah ya, kenapa di Indonesia rata-rata orang bermazhab Syafi'i? Ya, karena yang tersedia di toko material, eh di majelis keilmuan memang mazhab itu.
Mazhab lain?
Tidak ada yang jual, eh tidak ada yang mengajarkan. Karena memang rata-rata para guru fiqihnya bukan ahli di bidang mazhab itu.
Tapi kalau yang tidak bermazhab namun berfatwa ini dan itu, ternyata jumlahnya banyak. Dan tidak tahu mereknya juga. Bisa jadi itu cat curah tanpa merek. Tidak jelas apakah mungkin hasil ngoplos sendiri dari pensil warna, atau hasil pra-karya siswa yang lagi praktek di lab.
Tapi apakah suatu cabang ilmu itu memang harus ada mereknya? Biasanya sih begitu. Rumus A²+B²=C² itu biasa disebut rumus Pitagoras.
Walau ilmu itu sumbernya dari Allah SWT, tapi kan tidak lazim kita bilang itu rumus Allah.
Semua juga tahu itu dari Allah. Tapi kan merek itu penting dan lazim.
Mobilmu mereknya apa? Wah tidak pakai merek, mas. Soalnya itu mobil Allah.
Waduh!!!
Baca juga kajian ulama tentang mazhab berikut :
- Kewajiban Bermazhab Bagi Umat
- Kenapa seorang Muslim itu harus Bermazhab?
- Ikut Mazhab Syafii atau Nashiruddin Al Albani?
- Imam dan Ulama Bermazhab Asy'ariyah
- Membedah Logika Ikut Ulama Apa Ikut Nabi SAW?
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat
7 Januari 2021 pada 10.54 ·