Gajah Terbang
Kita sebagai orang awam yang tidak tahu ilmu agama, jelas-jelas tidak punya potongan sebagai mujtahid.
Maka jangan sekali-kali nekat sok mau berijtihad. Bukan hanya keliru, tapi juga membahayakan diri sendiri dan banyak orang. Ijtihad yang dilakukan orang awam itu sangat berbahaya dan besar sekali resikonya.
Jangan tebar kesesatan dengan menganjurkan orang awam berijtihad. Saya mengibaratkan seperti kita memprovokasi gajah untuk terbang dengan cara loncat dari tebing yang tinggi.
Masak gajah yang beratnya berton-ton itu kita motivasi agar nekat mengepakkan kupingnya yang lebar, biar kayak kepakan sayap burung?
Bukannya terbang itu gajah, tapi malah pada terjun bebas alias nyungsep. Karena desain tubuh gajah jauh berbeda dengan desain tubuh burung.
Apalagi struktur kuping gajah juga tidak pernah didesain untuk bisa mengepak-ngepak seperti layaknya sayap pada burung.
Jangankan kuping gajah, ayam yang punya sayap betulan, sudah mirip kayak burung, juga belum tenru tidak bisa terbang dengan sempurna.
Kalau nggak percaya, jajalin aja lempar ayam dari lantai 40 gedung tinggi. Cek dan videokan, bisakah ayam-ayam itu mengepakkan sayapnya terbang di udara dan mendarat dengan lunak di atas tanah? Belum pernah coba juga.
Kalau loncat jarak jauh dibantu kepakkan sayap, bolehlah dikit-dikit berhasil. Tapi harus dalam suasana serius, kayak lagi dikejar-kejar mau dipotong. Namun di kesehariannya ayam tidak terlalu biasa terbang.
Burung unta juga sama saja. Namanya doang burung, tapi hobinya lari atau jalan kaki.
Kalau ayam dan burung onta saja tidak bisa, apalagi gajah. Bobotnya saja sudah overweight kayak gitu. Masak mau dipaksa terbang?
Jadi gajah itu tidak perlu disuruh terbang. Allah SWT sejak awal menciptakan gajah sebagai hewan melata dan berjalan dengan keempat kakinya di atas tanah sesuai qodratnya.
Begitu juga umat Islam termasuk kita semua. Jangan dipaksa bisa terbang, eh jangan dipaksa untuk bisa jadi mujtahid. Jangan pula dikompor-kompori seolah-olah mampu berijtihad.
Jangan sekali-kali mengompori anak kecil yang lugu seolah-olah dirinya adalah Superman yang bisa terbang di angkasa. Jangan sampai nanti anak-anak kita iseng loncat dari atas genteng sambil pakai kain sarung diikat ke belakang belagak jadi Superman.
Bisa benjol anak itu nanti. Masih mending tidak patah tulang. Bisa-bisa dibawa ke Haji Naim, urusannya panjang karena kudu mondok disana berhari-hari.
Yang saya heran, kenapa sampai ada pihak-pihak yang kebelet, kemecer, dan kemrungsung pengen ijtihad sendiri? Aneh bin ajaib buat saya.
Kalau ingin merasakan sensasi terbang ke awan, kenapa nggak jadi penumpang pesawat terbang saja? Kan lebih aman dan pasti.
Kalau mau menikmati hukum Islam, kenapa tidak ikuti saja hasil ijtihad para Mujtahid profesional yang sudah terjamin kualitas dan keamanannya? Mereka toh sudah establish belasan abad lamanya, diakui oleh zaman.
Kok bisa sampai nggak percaya dengan kehandalan para Mujtahid kelas dunia. Padahal orang kafir di Barat itu sangat mengagumi para Mujtahid kita.
Lha kok bisa-bisanya kita sendiri malah merasa jijik dengan ulama 4 Mazhab? Ada apa ini sebenarnya? Siapa otak dan dalang di belakang semua ini? Apa maunya?
Kok tega dan sampai hati memposisikan para ulama mujthaid mutlak itu bagaikan nenek moyang yang mengajarkan kesesatan? Sampai harus mengutip ayat ini :
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَىٰ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۚ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?. (QS. Al-Maidah : 104)
Sungguh keji menyamakan ulama Mujtahid dengan nenek moyang yang tidak mengetahui apa-apa dan tidak mendapat petunjuk.
Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Asy-Syafi'i, Imam Ahmad bin Hambal masak mau disamakan dengan nenek moyang yang sesat?
Mazhab fiqih masak mau dibilang agama bikinan nenek moyang? Maksudnya apa kok sampai mengutip ayat ini?
بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَىٰ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰ آثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ
Bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka". (QS. Az-Zukhruf : 22).
Sungguh dahsyat kezhaliman kita kepada para ulama ahli waris Nabi SAW. Sampai kita tolak ilmunya dan nekat mau ijtihad sendiri.
Saya merasakan betapa sulitnya mengubah mindset di atas. Karena doktrinnya sudah terlalu lama tertanam, sudah berurat dan berakar kuat. Mindset bahwa gajah pasti bisa terbang.
Kalau gajah bisa terbang, apa yang nampak? Iya nampak bohongnya.
Sumber FB : Ahmad Sarwat
27 Januari 2021 pada 22.20 ·