TELADAN ULAMA SALAF TERHADAP ORANG YANG MENDHOLIMI
Dalam Kitab Ash-Shumtu Wa Adab Al-Lisan, karya Imam Abdullah bin Muhammad bin Ubaid bin Sufyan bin Qais Al-Qurasyi Al-Umawi atau Imam Ibnu Abi Ad-Dunya rahimahullah (wafat 894 M di Sauniziyyah Baghdad Irak) mencatat sebuah riwayat tentang Khalifah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah (wafat 720 M di Aleppo Suriah) dan seorang yg mengadu kepadanya. Berikut riwayatnya :
حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ أَيُّوبَ، حَدَّثَنَا ضَمْرَةُ، عَنِ ابْنِ شَوْذَبٍ، قَالَ: دَخَلَ رَجُلٌ عَلَى عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَجَعَلَ يَشْكُو إِلَيْهِ رَجُلًا ظَلَمَهُ، وَيَقَعُ فِيهِ، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: إِنَّكَ إِنْ تَلْقَى اللَّهَ وَمَظْلَمَتُكَ كَمَا هِيَ خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تَلْقَاهُ وَقَدِ انْتَقَصْتَهَا
Imam Ibrahim bin Sa’id rahimahullah bercerita kepadaku, Imam Musa bin Ayyub bercerita, Imam Dlamrah bercerita, dari Imam Ibnu Syaudzab tahu (wafat 772 M), ia berkata :
“Seseorang masuk ke (kediaman) Khalifah Umar bin Abdul Aziz radliyallahu ‘anhu, lalu mengadu kepadanya bahwa ada seseorang yg menzaliminya. Ia pun mencaci maki orang yg menzaliminya tersebut.”
Khalifah Umar bin Abdul Aziz radliyallahu ‘anhu berkata : “Sesungguhnya jika kau berjumpa Allah dalam keadaan terzalimi lebih baik daripada kau berjumpa dengan-Nya dalam keadaan mencaci maki orang (lain) yg menzalimimu.” (Imam Ibnu Abi Dunya, Kitab Ash-Shumtu Wa Adab Al-Lisan, Beirut : Dar Al-Kitab Al-‘Arabi, 1410 H, halaman 267)
Memang sulit jika seseorang di dhalimi orang lain agar bersabar dan tidak membalasnya. Oleh karena itu, cara pandang kita saat mengalami kezaliman perlu diubah, apalagi jika kezaliman itu kita laporkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Kita sering mendengar doa orang terzalimi itu mustajab, tapi dalam melakukannya kita harus tetap berpegang teguh pada akhlak. Karena kita sedang berdoa kepada Allah subhanahu wa ta'ala, Tuhan yang Maha Baik.
Artinya, ketika seseorang mengadukan orang yg menzaliminya kepada Allah subhanahu wa ta'ala, lalu mencaci makinya, ia telah terlepas dari rambu² etika yg dikehendaki Allah subhanahu wa ta'ala. Karena itu, Khalifah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah merasa risih saat mendengar aduan rakyatnya. Karena dalam aduannya, ia memasukkan cacian dan makian, meski yg diadukan adalah orang yg menzaliminya. Oleh sebab itu, ia mengatakan, “sesungguhnya jika kau berjumpa Allah subhanahu wa ta'ala dalam keadaan terzalimi lebih baik, daripada kau berjumpa dengan-Nya dalam keadaan mencaci maki orang yg menzalimimu.”
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat melarangnya. Beliau bersabda :
لا تَلاعنُوا بلعنةِ اللَّه، ولا بِغضبِهِ، ولا بِالنَّارِ
“Janganlah kalian saling laknat-melaknati dengan menggunakan (ucapan) laknat Allah, jangan pula dengan (ucapan) murka Allah, dan jangan pula dengan (ucapan) masuk neraka.”
Dalam riwayat lain, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :
إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ يُنَادِي مُنَادٍ فَيَقُولُ: أَيْنَ الْعَافُونَ عَنِ النَّاسِ؟ هَلُمُّوا إِلَى رَبِّكُمْ خُذُوا أُجُورَكُمْ، وَحَقَّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ إِذَا عَفَا أَنْ يُدْخِلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ
“Di saat hari kiamat kelak, ada pemanggil yg (tugasnya) menyeru, lalu ia berkata: 'Di manakah para pemaaf yg memaafkan orang lain ?' Kemarilah menuju Tuhan kalian, ambillah pahala kalian. Dan (sudah menjadi) hak setiap muslim jika ia memaafkan, Allah akan memasukkannya ke surga”. (Imam Ibnu Syahin, Kitab At-Targhib Fi Fadla’il Al-A’mal Wa Tsawab Dzalik, Beirut : Darul Kutub al-Ilmiyyah, 2004, halaman 149)
Artinya, kita memiliki pilihan ketika dizalimi, mengadukannya kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan berdoa, atau memberi maaf. Semuanya berada di tangan kita. Yang terpenting adalah, kita harus menghindari cacian, makian, dan celaan dalam menjalankannya. Sebelum membuat pilihan, kiranya perlu kita renungkan peringatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini :
لَيْس المؤمِنُ بِالطَّعَّانِ، ولا اللَّعَّانِ ولا الفَاحِشِ، ولا البذِيِّ
“Bukanlah orang yg beriman, (karena) sebab kesukaannya mencela (orang lain), melaknat (orang lain), berbuat keji, dan berkata kotor". (HR. Imam Abu Dawud rahimahullah wafat 889 M di Basrah Iraq dan Imam At-Tirmidzi rahimahullah wafat 892 M di Tirmidz Uzbekistan).
Hal ini sebagaimana telah dilakukan oleh Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah (wafat 728 M di Basrah Iraq), Beliau mendoakan orang yg menyakiti dan menzaliminya. Dalam kitab Syarh Shahih Al-Bukhari Li Ibni Baththal disebutkan sebagai berikut :
وقال ابن الأنبارى: كان الحسن البصرى يدعو ذات ليلة: اللهم اعف عمن ظلمنى، فأكثر فى ذلك، فقال له رجل: يا أبا سعيد، لقد سمعتك الليلة تدعو لمن ظلمك حتى تمنيت أن أكون فيمن ظلمك، فما دعاك إلى ذلك؟ قال: قوله تعالى: فمن عفا وأصلح فأجره على الله
Imam Ibnu Al-Anbari rahimahullah (wafat 940 M Baghdad Irak) berkisah : "Suatu malam Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berdoa, Allohumma’fu ‘amman dzolamani (Ya Allah, ampunilah orang yg zalim kepadaku).’ Beliau banyak berdoa dengan kalimat itu.
Seseorang bertanya : Wahai Abu Sa’id, saya mendengar malam ini engkau senantiasa berdoa untuk orang yg mendzalimimu, sehingga membuat saya berharap termasuk orang yg menzalimimu. Apa yg mendorongmu melakukan itu ?
Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata : Yaitu firman Allah; ‘Faman ‘afaa wa ashlaha fa ajruhuu ‘alallaahi (Maka orang yg memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya di sisi Allah).’
Doa
Salah satu doa, yg terdapat dalam Al-Qur'an. Salah satunya dalam Surat Al Qashash ayat 21 :
رَبِّ نَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ
"Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari kaum yg zalim."
Ada juga bacaan doa agar terhindar dari orang zalim. Doa ini terdapat dalam Surat Al-Mu'minun ayat 94 :
رَبِّ فَلَا تَجْعَلْنِيْ فِى الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ
"Ya Tuhanku, janganlah Engkau jadikan aku termasuk kaum yg zalim."
إِلَهِيْ وَمَوْلَاي رَبَّ العَالـَمِيْنَ أَنَا الضَّعِيْفَةُ وَأَنْتَ القَاهِرُ، لِلضَّعِيْفِ مُعِيْنٌ وَلِلْمَظْلُوْمِ نَاصِرٌ
"Tuhanku Pemilik sekalian alam raya, aku-lah hamba yg lemah dan Engkau-lah yg Maha Menguasai dan Maha Menundukkan, hamba yg lemah dan teraniaya ini pasti memiliki penolong".
اللَّهُمَّ أجِرْنِي فِي مُصِيبَتي وأَخْلِفْ لِي خَيْراً مِنْها
"Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibahku ini dan berilah ganti yg lebih baik daripadanya.”
حَسْبِيَ اللهُ لِدِيْنِيْ حَسْبِيَ اللهُ لِدُنْيَايَ حَسْبِيَ اللهُ لِمَا اَهَمَّنِيْ حَسْبِيَ اللهُ لِمَنْ بَغَاعَلَيَّ حَسْبِيَ اللهُ لِمَنْ كَادَنِيْ بِسُوْءٍ وَلَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ اِلَّابِاللهِ
"Cukuplah Allah (penolong) bagi agamaku, cukuplah Allah (penolong) bagi duniaku, cukuplah Allah (penolong) ku terhadap sesuatu yg menyusahkanku, cukuplah Allah (penolong) ku terhadap orang yg menganiayaku, cukuplah Allah (penolong) ku terhadap orang yg ingin berbuat jahat kepadaku, tak ada daya dan kekuatan selain dengan pertolongan Allah.”
Wallahu A'lam. Semoga bermanfaat !!
Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim Jamaah Sarinyala Kabupaten Gresik
#sarinyala #ngajirutin #doa #sufi #majelisilmu #nu #santrinjoso #tebuireng #aswaja #fiqih #ngajionline #live #santri #ayongaji #pbnu #lembagadakwahnu #pwnujatim #pcnugresik #nugres #viral #pondokpesantren #kyai #nuonline #hadits #nuonlinejatim #nahdlatululama #santrionline #kontendakwah
Sumber FB : Sarinyala.id