Imam Ahmad bin Hanbal dan takwil al-Maji' (Kedatangan)
Wahabi dan imam mereka Ibnu Taimiyah masih mengingkari ta'wil dan tidak menganggapnya sebagai metode para salaf, padahal para pemimpin umat telah banyak melakukan ta'wil dalam masalah sifat-sifat Allah, dan mari kita ambil contoh dari Imam Ahmad bin Hanbal.
Maka telah valid takwil dari Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam ucapannya:
[أنبأنا الحاكم، قال: حدَّثنا أبو عمرو بن السماك، قال: حدَّثنا حنبل بن إسحاق، قال: سمعت عمي أبا عبد الله ـ يعني: أحمد – يقول: احتجوا عليَّ يومئذٍ – يعني: يوم نُوْظرَ في دار أمير المؤمنين – فقالوا: تجيء سورة البقرة يوم القيامة وتجيء سورة تبارك، فقلت لهم: إنما هو الثواب، قال الله تعالى: {وَجَاءَ رَبُّكَ} [سورة الفجر: 22] إنما تأتي قدرته، وإنما القرءان أمثال ومواعظ. ]
راجع الأسماء والصفات للبيهقي (ص ٤٤٤) دفع شبهة التشبيه لابن الجوزي (ص ۲۷)، البداية وَالنَّهَايَة لابن كثير (۱۳۸۹/۱۱) ط هجر
"al-Hakim telah mengkhabarkan kepada kami, berkata: Abu Amr ibn as-Samak telah mengkhabarkan kepada kami, berkata: Hanbal ibn Ishaq telah mengkhabarkan kepada kami berkata: Aku telah mendengar pamanku; Abu Abdillah (al- Imam Ahmad ibn Hanbal) berkata: "Di hari itu (ketika beliau berdebat dengan kaum Mu'tazilah) mereka berkata: "Pada hari kiamat surat al-Baqarah akan datang, surat Tabarak akan datang, juga surat- surat lainnya". Saya katakan kepada mereka: "Sesungguhnya yang datang itu pahala dari bacaan surat-surat tersebut (bukan surat-suratnya itu sendiri). Dalam al-Qur'an Allah berfirman: "Wa Ja'a Rabbuka" (QS. Al-Fajr: 22), yang dimaksud disini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah. Adapun al- Qur'an ia hanya sebuah kitab yang berisikan pelajaran-pelajaran dan peringatan-peringatan". Selesai.
Imam Al-Bayhaqi berkata setelah meriwayatkan hadis ini:
هذا إسناد لا غبار عليه
"Kebenaran sanad riwayat ini tidak memiliki cacat sedikitpun" dan disetujui oleh Al-Hafiz Ibn Katsir dalam kitab "Al-Bidayah wa al-Nihayah."
Namun demikian, Anda akan menemukan, Ibn Qayyim mengomentari tentang Hanbal yang meriwayatkan ini dari Imam Ahmad rahimahullah sebagai berikut:
[صاحب مفاريد مخالفة للمشهور في المذهب]
الصواعق المرسلة لابن القيم (۱) ۱۸۷)، الناشر دار العاصمة الرياض، المملكة العربية السعودية، الطبعة الأولى، ١٤٠٩هـ
"Dia (Hanbal bin Ishaq) memiliki pernyataan yang bertentangan dengan apa yang masyhur dalam madzhab (Hanbali)".
Adapun Hanbal bin Ishaq, Imam Khatib Ahmad bin Tsabit berkata tentangnya:
كان ثقة ثبتا
"Hanbal bin Ishaq adalah orang yang dapat dipercaya".
Al-Imam ad-Daruqutni mengatakan tengangnya:
كان صدوقا
"Hanbal bin Ishaq adalah orang yang jujur"
Al-Dzahabi mengatakan tentangnya:
الحافظ الثقة
"Hanbal bin Ishaq adalah al-Hafidz (Ahli Hadits), terpercaya"
Dan para ulama Islam menerima penakwilan ini dari Imam Ahmad, dan meriwayatkan penakwilan ini dari Imam Ahmad sebelum masa Ibn Taymiyyah dan setelahnya. Banyak ulama yang menukilkan penakwilan ini serta meng-hasan-kannya.
Ketika Hujjatul Islam al-Ghazali menyebutkan dari para perawi terpercaya dari kalangan Hanabilah di Baghdad bahwasanya Imam Ahmad bin Hanbal secara tegas melakukan takwil dalam tiga pembahasan. Kemudian al-Imam al-Zarkasyi mengatakan:
[وأنكر ابن تيمية هذا على الغزالي قال : إنه لا يصح عن أحمد .
قلت -أي: الزركشي- : ونقل الثقة لا يندفع ، وقد نقل ابن الجوزي في كتاب " منهاج الوصول " عن أحمد أنه قال في قوله تعالى : { وجاء ربك }[الفجر : ٢٢] أي امر ربك]
البحر المحيط في أصول الفقه للزركشي (٤٣/٥) الناشر : دار الكتبي، الطبعة: الأولى، ١٤١٤ه
"Dan Ibnu Taimiyah membantah pernyatan ini terhadap Al-Ghazali dan berkata: "Ini tidak sahih dari Ahmad."
Saya -yaitu: Al-Zarkasyi- berkata: adapun penukilan dari orang yang terpercaya tidak dapat ditolak, dan Ibn al-Jawzi telah mengutip dalam bukunya "Minhaj al-Wushul" bahwa Ahmad berkata tentang firman Allah Ta'ala: { وجاء ربك } yaitu Urusan Tuhanmu".
Dan telah terbukti validnya penakwilan itu dari Imam Ahmad, serta riwayat Imam Al-Ghazali dan Imam Ibn Al-Jawzi tentangnya, dan penilaian Shahih (tashhih) dari Al-Baihaqi dan Al-Zarkasyi terhadap riwayat ini, kemudian riwayat dari Al-Hafiz Ibn Katsir dan penyebutannya tentang penilaian Shahih (tashhih) Al-Baihaqi tanpa kritik darinya terhadap riwayat tersebut, meskipun semua ini telah jelas, Wahhabi tetap tidak menerima penakwilan ini dari Imam Ahmad, dan mereka mengatakan: yang masyhur dari Ahmad adalah sebaliknya.
Kami katakan bahwa apa yang kalian katakan itu hanya masyhur di kalangan kalian saja, sedangkan penakwilan Imam Ahmad telah diriwayatkan oleh banyak kalangan ulama dan mereka menerimanya, serta menganggapnya sebagai jenis majaz. Di antara mereka adalah Al-Hafiz Ibn Abd al-Barr dalam kitabnya Al-Tamhid, Al-Qurtubi dalam Al-Jami' li Ahkam al-Qur'an, dan Al-Baghawi dalam Ma'alim al-Tanzil. dan Al-Zajjaj dalam Ma'ani Al-Qur'an, Al-Tsa'labi dalam Al-Kasyf wa Al-Bayan, Al-Wahidi dalam Al-Tafsir Al-Wasith, Ibn 'Atiyyah dalam Al-Muharrar Al-Wajiz, Al-Fakhr Al-Razi dalam Al-Tafsir Al-Kabir, Al-Baydawi dalam Anwar Al-Tanzil, Al-Nasafi dalam Madarik Al-Tanzil, Abu Su'ud dalam Irsyad Al-'Aql Al-Salim, Abu Hayyan dalam Al-Bahr Al-Muhit, Al-Khazin dalam Bab Al-Takwil, Ibn Juzay dalam Al-Tashil, Al-Dzahabi dalam Al-'Arsy, Al-Syawkani dalam Fath Al-Qadir, Al-Alusi dalam Ruh Al-Bayan, Ibn Al-Himam dalam Fath Al-Qadir, Al-Ramli dalam Fatawa, Al-Tahir Ibn Asyur dalam Al-Tahrir wa Al-Tanwir, dan banyak lagi yang tidak dapat kami sebutkan di sini dari kalangan ulama terdahulu dan kontemporer.
راجع التمهيده (۱۳۷/۷)، والجامع لأحكام القرآن (٥٥/٢٠)، والمعالم التنزيل» (٢٥٢/٥) والمعاني القرآن (۱۸۳/۱)، والكشف والبيان (۲۰۲/۱۰)، والتفسير الوسيطة (١٨١/٤) والمحرر الوجيزة (٤٨٠/٥)، والتفسير الكبيرة (٣٥٨/٥)، وأنوار التنزيل، (۳۱۱/۵)، و مدارك التنزيل، (١٦٤١/٣)، والإرشاد العقل السليم (١٥٧/٩)، والبحر المحيط (۱۷۵/۱۰)، و الباب التأويل (٤٢٧/١)، والتسهيل» (٤٨١/٢)، والعرش (ص۲۲)، وافتح القديرة (٥٣٥/٥) وروح البيان (٤٣٠/١٠)، وافتح القديرة (۱۵۷/۹)، و افتاوى الرحلي (٢٧٩/١)، والتحرير والتنوير (۳۳۷/۳۰)
Apakah para ulama semua ini kalian anggap sebagai mu'attilah atau penolak sifat-sifat Allah?
Kemudian, Al-Hafiz Ibn Rajab Al-Hanbali dalam kitab "Fath Al-Bari Syarh Shahih Al-Bukhari" menyebutkan penakwilan lain dari Imam Ahmad rahimahullah tentang hadits Nuzul, dan teksnya adalah:
[وورد عن أحمد بن حنبل ينزل كيف شاء بعلمه وقدرته وعظمته، أحاط بكل شيء علما، لا يبلغ قدره واصف، ولا ينأى عنه هرب هارب]
"Diriwayatkan dari Ahmad bin Hanbal bahwa Allah nuzul sesuai dengan kehendak-Nya dengan ilmu-Nya, kekuasaan-Nya, dan keagungan-Nya. Dia meliputi segala sesuatu dengan Ilmu, tidak ada yang dapat menggambarkan Kekuasaan-Nya, dan tidak ada yang dapat mejauh meloloskan diri dari-Nya."
Dan dari Ibn Rajab Al-Hanbali rahimahullah:
[النزول في أحاديث النزول إلى سماء الدنياء فإنه من نوع قرب الرب من داعيه، وسائليه ومستغفريه]
راجع الفتح الباري شرح البخاري لابن رجب الخليل، (۳/ ۱۱۱، ۱۱۷)، ط مكتبة الغرباء الأثرية. المدينة المنورة.
"Nuzul yang disebutkan dalam hadits-hadits Nuzul ke langit dunia adalah termasuk dalam jenis kedekatan Tuhan dengan orang yang berdoa kepada-Nya, yang meminta kepada-Nya , dan orang yang memohon ampunan-Nya".
Dan Imam Hujjatul Islam Al-Ghazali meriwayatkan dari beberapa sahabat Imam Ahmad bahwa dia menakwilkan tiga hadis, Imam Ghazali berkata:
فقد سمعت الثقات من أئمة الحنابلة ببغداد يقولون إن أحمد بن حنبل رحمه الله تعالى صرح بتأويل ثلاثة أحاديث فقط:
Saya telah mendengar dari para imam Hanabilah yang terpercaya di Baghdad mengatakan bahwa Ahmad bin Hanbal rahimahullah menakwilkan tiga hadis (sebagai berikut):
أحدها: قول ﷺ: (الحجر الأسود يمين الله في الأرض).
والثاني: قوله ﷺ:(إني لأجد نفس الرحمن من قبل اليمن).
والثالث: قولهﷺ: (قلب المؤمن بين إصبعين من أصابع الرحمن).
راجع: الفيصل التفرقة بين الإسلام والزندقة» (ص ۳۸، ۳۹)، إحياء علوم الدين (١٠٤/١٠٣/١) وحديث الحجر الأسود: حسن شواهده، والله أعلم.
Maka Ibn Taimiyyah menuduh Hujjatul Islam dalam penukilannya dari para perawi terpercaya dari kalangan Hanabilah di Baghdad dan mencela apa yang dia katakan, Ibn Taimiyyah berkata:
إن هذا كذب على أحمد، والمشهور عن أحمد خلافه
"Ini adalah kebohongan atas Ahmad, dan yang terkenal dari Ahmad adalah sebaliknya"
Kemudian Wahabi mengikuti apa yang dikatakan Ibn Taimiyyah itu, semua ini mereka lakukan karena takwil Imam Ahmad bertentangan dengan keyakinan mereka yang sesat.
Dan apa yang disebutkan oleh Hujjatul Islam Al-Ghazali dari para perawi terpercaya dari kalangan Hanabilah di Baghdad, juga dinukilkan oleh para imam besar Islam tanpa perubahan, di antaranya Imam Abu Bakar Ibn Al-Arabi Al-Maliki dalam bukunya "Al-Masalik fi Syarh Muwatta Malik" (3/465), Imam Ibn Al-Atsir dalam bukunya "Al-Syafi Syarh Musnad Al-Syafi'i" (3/144), Imam Al-Zarkashi dalam bukunya "Al-Bahr Al-Muhit" (5/42), Al-Hafiz Al-Iraqi dalam bukunya "Tharh Al-Tatsrib" (2/382), dan lainnya.
Apakah wahabi masih terus mengingkari takwil setelah semua penjelasan ini dan menganggapnya bertentangan dengan metode salaf? Atau mereka hanya membutuhkan hidayah, untuk kembali mengikuti salafus shalih?
Wallahu a'lam
Sumber FB : Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Riau: Aqidah Asy'ariyyah wal Maturidiyyah