Gonta-ganti Mazhab
Ahmad Sarwat,Lc.MA
Setiap saya ditanya : Ustadz, bolehkah kita ini gonta ganti mazhab? Maka jawaban saya berupa pertanyaan balik :
Emang situ pernah menyelesaikan pendidikan ilmu fiqih dalam berapa mazhab? Dua, tiga, empat? Atau hanya satu?
Biasanya ditanya balik gitu, pasti gelagapan. Sebab sangat boleh jadi memang tak satu pun mazhab pernah dipelajarinya sampai rampung.
Itu berarti sama saja tidak pernah belajar ilmu fiqih sama sekali. Karena wujud ilmu fiqih itu pastilah sebuah Mazhab.
Sebagaimana wujud ilmu bela diri pastilah cabang-cabang bela diri. Apakah itu silat, kungfu, karate, taekwondo, dan lainnya.
Sebagaimana belajar baca Quran pastilah berwujud riwayat qiroaah para imam, apakah itu Hafsh, Nafi', Abu Amr, Ibnu Amir, Kisa'i, Hamzah, atau Ibnu Katsir.
Mirip pertanyaan gini : bolehkah tiap hari kita gonta-ganti bacaan qiroat?
Maka jawabannya berupa pertanyaan balik : Emang situ pernah menyelesaikan pendidikan ilmu qiroaat dalam berapa riwayat? Dua, tiga, empat? Atau hanya satu?
Puyeng lah ditanya balik gitu. Boro-boro qiroat sab'ah, satu aja belom lulus. IQRO' masih jilid 4 dan gak naik-naik.
So, jangan ngomong gonta-ganti qiroat, kalau satu pun belum selesai belajarnya.
Mirip pula dengan pertanyaan : Bolehkah tiap hari kita gonta-ganti mobil?
Maka kita balik pertanyaannya : Emangnya situ punya berapa mobil? Dua, tiga atau empat? Atau hanya satu?
Ternyata tak satu pun mobil dimilikinya. Oh ya pantas saja. Jadi naik angkutan online itu namanya. Pantas tiap hari gonta ganti mobil melulu. Rupanya ketahuan, ujung-ujungnya nggak punya mobil.
Sebagai penumpang umum, ya nggak perlu lah sombong di hadapan yang punya mobil pribadi.
Maka jangan sok tanya gonta-ganti Mazhab. Soalnya, satu Mazhab pun belon selesai belajarnya. Lha kok udah mau gonta-ganti Mazhab?
Ada-ada saja.
Ibarat bujang lapuk tapi kebanyakan tingkah. Kalau bicara nikah mau langsung poligami empat istri. Padahal ngelamar aja ditolak melulu. Tiap update status pasti lagi hadir nikahan mantan.
Duh bujangan . . .
Gonta-ganti Mazhab, Kok Bisa?
Sebenarnya bukan gonta-ganti Mazhab, tapi tidak belajar ilmu fiqih. Karena tidak belajar fiqih, maka nggak tahu harus pakai mazhab mana.
Kalau belajar ilmu fiqih, otomatis pasti pakai salah satu Mazhab. Karena keduanya identik. Berfiqih itu bermazhab dan bermazhab itu pasti berfiqih.
Ibarat kita belajar komputer, pasti pakai sistem operasi. Nggak mungkin tanpa sistem operasi. Umumnya di kita sih OS nya pakai Windows. Walaupun ada juga yang pakai Linux, bahkan MacOs sudah ngetrend.
Akan jadi aneh kalau ada pemula dan awam, belajar komputer sekedar buat ngetik surat undangan rapat, tapi langsung pakai bahasa C, Basic, Pascal, Cobol dan yang aneh-aneh lainnya. .
Kesimpulannya, orang yang gonta-ganti Mazhab sebenarnya bukan niatnya mau gonta-ganti, tapi dasarnya memang tidak pernah belajar ilmu fiqih.
Ketahuan banget kok mereka yang belajar fiqih dengan benar dengan yang nggak belajar.
Salah satunya adalah bahwa tidak mungkin bagi mereka yang belajar fiqih sampai tuntas malah loncat sana loncat sini. Karena di dalam ilmu fiqih yang dipelajarinya, semua jawaban sudah tersedia.
Pemain bola hasil didikan sekolah bola profesional itu main bolanya jauh beda dengan main bola kelas pinggir jalan. Beda kasta . . .
Sumber FB : Ahmad Sarwat
Kajian · 9 Maret 2021·
beberapa komentar :
Baca juga kajian ulama tentang mazhab berikut :
- Ikhtilaf dan Mazhab
- Zakat Fitrah Dengan Uang Dalam Mazhab Malik
- Kaidah Ushuliyyah di Atas Mazhab Salaf
- Mazhab Fiqh
- Mengapa Hanya Empat Mazhab?
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat
16 April 2021